"Nglarisi Dodolan" Tingkatkan Omzet UMKM Batang

Batang - Para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tergabung dalam program "Nglarisi Dodolan" secara perlahan mengalami peningkatan omzet sejak Agustus lalu, di antaranya makanan kecil mencapai Rp3 juta dan non makanan Rp1 juta.

Koordinator UMKM Batang Agus Junaedi mengatakan, jumlah keseluruhan UMKM  khusus makanan 200 pedagang. Selama sebulan omzet UMKM se-Kabupaten Batang bisa mencapai Rp38 juta.

“Program ini digelar di tiap kecamatan, namun bagi UMKM yang belum maksimal, kami akan bantu seperti di daerah Kecamatan Tulis dan Gringsing,” katanya saat membuka lapak Nglarisi Dodolan di Halaman Kantor PKK, Kabupaten Batang, Rabu (8/9).

Dijelaskannya, UMKM lainnya dari daerah Kabupaten Batang dapat bergabung, agar sama-sama produknya terjual.

“Pelaku UMKM beragam, bahkan ada yang dari Kecamatan Bawang pun ikut membuka lapak bersama di depan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau kecamatan,” jelasnya.

Sementara, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang Uni Kuslantasi Wihaji mengharapkan, agar para pelaku UMKM yang tergabung dalam program Nglarisi Dodolan, dapat mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah konsumen, dengan cara menjaga kualitas produk.

“Jangan karena sudah laris dan yang pesan banyak, waktunya sudah terlalu padat, akhirnya kualitasnya menurun. Diupayakan ada yang mengontrol kualitas dan tampilan produk mereka supaya tetap terjaga,” tegasnya.

Ia juga mengapresiasi, dengan diikutkannya pelaku UMKM khusus produk-produk kerajinan.

Di masa pandemi, sangat minim orang yang mau beli produk furnitur, karena untuk makan saja agak kerepotan. Dengan dihadirkannya di sini, merupakan ikhtiar Pemkab Batang untuk nglarisi produk-produk mereka.

“Alhamdulillah tadi ada satu set meja dan kursi kayu yang laku terjual,” katanya.

Dibukanya lapak Nglarisi Dodolan di lingkungan Setda Batang, menjadi inovasi yang kreatif.

“Seringkali orang itu kalau sudah dipepet, inovasinya langsung muncul. Disperindag berinovasi yang baik karena produknya tertata rapi, terjual dengan laris dan ditempatkan di instansi lain dengan protokol kesehatan yang ketat,” tandasnya.

Pelaku usaha batik, Sulistierni mengutarakan, produk-produknya laku terjual dengan cepat, setelah mengikuti program Nglarisi Dodolan. Produknya beragam, di antaranya kain batik cap Rp80 ribu, kain batik tulis Rp1,2 juta

“Yang termurah masker bermotif hanya Rp7 ribu,” tuturnya.

Sejak bergabung dalam program tersebut, omzetnya mengalami peningkatan sebesar 50%. Jika sebelum bergabung hanya Rp1 juta, kini meningkat menjadi Rp1,5 juta.

“Alhamdulillah saya sangat terbantu. Kemarin kami sempat berhenti total, tidak jualan, di sini produknya diperkenalkan sama para Aparatur Sipil Negara (ASN) biar pada beli,” ungkapnya.

Ia menambahkan, sebelum pandemi produk langsung didistribusikan langsung ke pasar-pasar dan sempat berjualan online.

“Selama pandemi tidak ada permintaan sama sekali, kemudian beralih berjualan masker karena dibutuhkan tahun lalu. Tahun kemarin agak berkurang, jadi omset turun, tapi sejak gabung di Nglarisi Dodolan alhamdulillah naik lagi,” ujar dia.