ToT Kelas Bahasa Isyarat Dimulai, Bupati Kubu Raya: Bukti Komitmen Peduli Inklusi dan Kesetaraan

Kubu Raya - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat (Kalbar) untuk pertama kalinya membuka pelatihan kelas Training of Trainer (ToT) Bahasa Isyarat Indonesia (BISI-Ku) bagi Dinas dan instansi pemerintah setempat.

"Dengan dibukanya kelas perdana ToT Bisi-Ku diharapkan mampu memberikan pelayanan berbasis kesamaan hak dan kesetaraan di kabupaten Kubu Raya dan sebagai sarana bagi komunitas tuli dengan keluarga dan masyarakat," kata Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan usai membuka kelas ToT Bisi-Ku di SMA Taruna Bumi Khatulistiwa, Jumat (1/10) siang.

Bupati bersyukur dan mengapresiasi Kepala SMA Taruna Bumi Khatulistiwa langsung merespon dan bersedia dua kelas di sekolah itu digunakan untuk kelas ToT.

"Dari 30 peserta ToT ini akan dibagi dua kelas, sehingga setiap kelasnya ada 15 peserta yang akan mengikuti 12 pertemuan untuk level satu kemudian naik menjadi level dua untuk 12 pertemuan berikutnya," ujar bupati.

Bupati menyampaikan, pertemuan ini dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jum'at. Pelatihan ini sifatnya ToT, sehingga nanti peserta ini diharapkan sudah bisa memenuhi standar karena sudah ada sertifikatnya dari Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pubisindo) yang ada di Jakarta.

"Dalam pelatihan, Pubisindo juga menegaskan teman-temannya yang ada di Kubu Raya, baik dari komunitas tuli Kalbar maupun komunitas peduli inklusi dan kesetaraan. Yang mana mereka diberikan kuasa dan kepercayaan untuk memberikan kelas ini," ucap bupati.

Bupati Muda menuturkan, pemerintah Kubu Raya membuka kelas ini dengan sponaitas, karena kita berfikir bagaimana kita juga harus bisa melayani tanpa pengecualian, artinya, negara harus hadir.

"Coba kita bayangkan, kalau itu keluarga kita atau siapapun dia yang tidak bisa menyampaikan bahkan tidak bisa diterima di sekolah, baik itu SD, SMP dan SMA, apalagi mereka yang mau kuliah tapi tidak bisa. Tentunya hal itu merupakan peluang untuk bisa diberdayakan dan juga bisa kita perjuangkan," paparnya.

Bupati menuturkan, peserta kelas ToT ini juga dari dinas-dinas, baik Dinas Pendidikan diantara guru SD, SMP, PAUD dan TK masing-masing mereka ada keterwakilan.

"Bahkan ada dari Dinas Kesehatan, yang mana di setiap puskesmas nantinya ada tenaga kesehatan yang bisa bahasa isyarat, karena tidak menuntut kemungkinan anak-anak kita banyak yang mengalami dan memiliki keterbatasan mendengar dan berbicara sehingga sulit dilayani," tutur bupati.

Menurut Bupati, hal ini juga harus difikirkan selama ini, seperti di Disdukcapil, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak karena sudah ada kasus yang menjadi korban kekerasan yang ternyata memiliki keterbatasan seperti ini.

"Tentunya kondisi ini menjadi ancaman dan kerentanan terhadap hal-hal seperti itu, apalagi kekerasan seksual. Saya kira negara harus hadir dengan prinsip SDGs. Artinya salah satunya dengan inklusi dan kesetaraan itu tidak ada yang ditinggalkan," ungkap bupati.

Bupati menilai, dibukanya kelas ToT ini merupakan keterpanggilan pemerintah Kubu Raya untuk mewujudkan inklusi dan kesetaraan.

"Mudah-mudahan ini berjalan lancar yang nanti hasilnya dapat memperluas, yang pada akhirnya di Kubu Raya juga bisa hadir sekolah yang bisa menerima anak SD dan SMP. Tentu harapan kita juga akan memprogramkan beasiswa dan sebagainya," tutup bupati.

Di tempat yang sama, Kepala SMA Taruna Bumi Khatulistiwa Anton Wijaya mengatakan, setelah menerima usulan dari Bupati Kubu Raya yang ingin membuka kelas ToT ini membuat pihaknya dari dunia pendidikan sangat senang.

"Dengan dibukanya kelas ToT ini tentunya akan mengangkat teman-teman kita yang mengalami disabilitas sehingga kesetaraan mereka itu bisa diangkat dan menjadi sama sebagai warga negara Indonesia," katanya.

Anton menjelaskan, dengan adanya kesetaraan mereka dengan yang lainnya, tentunya mereka akan mendapatkan pelayanan yang sama diberbagai bidang dan dapat berkarya diberbagai bidang juga.

"Kami melihat para pengajar ToT ini ada yang sudah berlebel juara internasional dan prestasi-prestasi mereka ini tidak bisa kita sampingkan dengan hanya melihat kekurangan mereka," ujarnya.

Dia menilai, dengan prestasi yang telah dicapai itu, membuktikan meski mereka memiliki kekurangan, namun mereka juga memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak semua orang punya.

"Kita juga menyadari, ketika mereka memiliki kekurangan, mereka ini sering disisihkan. Harusnya kita justru memfasilitasi mereka untuk lebih berkarya," ungkapnya.

Sementara itu, pelopor kelas ToT Bisi-Ku Rosalina Muda mengatakan, hari ini merupakan hari pertama dimulainya kelas ToT paket Bisi-Ku, yang mana prose belajarnya satu minggu dua kali dengan 12 kali pertemuan.

"Alhamdulillah, dengan jumlah peserta 30 ini membuktikan peminatnya sangat banyak dan saya berharap peserta ini bisa menyelesaikan semua paket dengan baik sehingga kita punya kader-kader yang mengerti bahasa isyarat," kata Rosalina.

Ketua TP PKK Kabupaten Kubu Raya itu mengatakan, anak-anak difabel yang bisu tuli ini memerlukan sarana untuk berkominikasi. Tentunya sebagai Ketua TP PKK memang merasakan apa yang mereka rasakan.

"Kita saja membayangkan kalau punya keluarga atau yang perlu diajak komunikasi tapi tidak bisa. Kedepannya saya berharap Kubu Raya punya sekolah-sekolah inklusi baik itu PAUD, SD, SMP maupun SMA. Semoga semuanya sukses, karena bisa bahasa isyarat itu keren," tutup Bunda PAUD Kubu Raya tersebut.