Pakar: Pendapatan Negara Tidak Harus Andalkan Cukai

Demak - Direktur Departemen Ilmu Sosial Yuwanto berbicara mengenai rokok dari sisi kesehatan sangat panjang jika diperdebatkan namun dirinya lebih fokus menyoroti cukai dan implikasi ekonominya. Dirinya menyayangkan jika saat ini pemerintah masih menganggap cukai sebagai andalan pendapatan negara.

"Saya menyesalkan kalo pemerintah masih menggunakan cukai sebagai instrumen andalan pendapatan negara , itu 'ndeso'. Banyak negara lain yang sudah tidak mengandalkan pendapatan negara dari cukai," terang Yuwanto, dalam Bincang Pagi bertema "Never The End : Diplomasi Tembakau, Rokok, Serta Cukai" di RSKW 104.8 FM, Rabu (27/10).

Sebab, lanjut Yuwanto, kesannya negara bukan hanya tidak konsisten tapi juga mengorbankan kesehatan rakyatnya, bahkan membayar harga yang jauh lebih mahal dari pendapatan cukai rokok. Ini justru tantangan bagi pemerintah sebab negara kita sangat kaya raya dan pemerintah bisa lebih berkreatif.

Sementara itu, Wakil Direktur 2 Pasca Sarjana UNNES Eko Handoyo menyampaikan, kenaikan cukai salah satunya bertujuan agar dapat berkontribusi pada pendapatan negara bisa tinggi dan juga untuk pajak.

"Kenaikan cukai juga bertujuan untuk kontribusi pada pendapatan negara bisa lebih tinggi juga untuk pajak. Ini dilakukan juga untuk menekan jumlah perokok. Namun konsumen malah mencari alternatif rokok lain seperti rokok ilegal tanpa cukai resmi. Meskipun rokok ilegal terus disita oleh Bea Cukai namun juga masih tumbuh," pungkas Eko Handoyo.