Tradisi Sadranan Larung Sesaji Kota Pekalongan Digelar Sederhana

Kota Pekalongan - Sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan hasil laut, Tradisi Sadranan Nelayan Kota Pekalongan tahun ini kembali digelar setelah tahun lalu urung digelar. Namun, karena masih pandemi COVID-19 Sadranan digelar secara sederhana di Dermaga Pelabuhan Kota Pekalongan, Senin (15/11)

Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid ikut melarung sajen dari atas perahu bersama para nelayan yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan.

"Sadranan ini rutin dilakukan setiap tahunnya sejak zaman dulu. Tahun 2020 memang tidak ada karena pandemi, namun tahun ini kembali diadakan secara sederhana yakni larung sesaji saja tanpa pertunjukan wayang dan sintren," jelas Aaf, sapaan akrabnya.

Menurut Aaf, tradisi ini adalah bentuk penghormatan dan rasa syukur. Selama ini para nelayan mengais rezeki mencari ikan di laut.

"Ini bukan untuk syirik, sadranan ini sudah menjadi tradisi yang harus dilestarikan. Begitu pula dengan wayang dan sintren yang juga budaya yang harus dilestarikan," terang Aaf.

Aaf berharap dengan adanya Tradisi Sadranan ini menjadi tonggak semangat kebangkitan sektor perikanan di Kota Pekalongan, termasuk akan dibangunnya pelabuhan onshore.

"Semoga sektor perikan Kota Pekalongan kembali bangkit," tutur Aaf.

Sementara itu, Ketua HNSI Kota Pekalongan Imam Menu mengatakan, tradisi sadranan yang dilakukan di Kota Pekalongan ini rutin digelar setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang mereka peroleh.

"Sadranan ini dilaksanakan dengan melarung. Alhamdulillah selama ini kami mendapat tangkapan hasil laut yang melimpah," kata Imam.

Imam mengutarakan bahwa saat ini masih aman untuk menangkap ikan di laut, meskipun sekarang Kota Pekalongan sering mendung dan kadang hujan tetapi masih mendukung.

"Kalau cuaca tak mendukung memang kami para nelayan harus waspada dan berhati-hati," pungkas Imam.