Diskominfo Ambon Gelar Workshop Literasi Digital

Ambon – Maraknya penggunaan internet dan media sosial lewat smartphone, menjadi tantangan tersendiri apabila tidak diimbangi dengan Literasi Digital yang memadai.

"Tanpa kemampuan literasi digital yang memadai, maka penggunaan internet justru akan meningkatkan problematika tersendiri, semisal maraknya hoax, pencurian data pribadi, serta ujaran kebencian atau SARA,” jelas Kepala Dinas (Kadis) Kominfo dan Persandian Kota Ambon Joy Adriaansz, saat membuka Mini Workhsop Jaga Data Pribadi, Lawan Disinformasi”, di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Senin (13/12).

Dijelaskannya, hingga saat ini di Indonesia tak kurang dari 202 juta jiwa pengguna internet dengan 170 juta diantaranya adalah pengguna media sosial.Besarnya angka pengguna internet ini, tidak lain karena aksesnya yang lebih mudah, tarif yang murah, dan koneksi yang cepat.

“Internet dapat diakses dalam genggaman lewat smartphone yang dimiliki oleh 167 juta penduduk atau 89 persen dari total penduduk Indonesia,” ungkapnya.

Menurut kadis, pandemi COVID-19 telah menurunkan usia minimal pengguna internet yang semula 25 tahun menjadi 6 tahun atau usia sekolah, karena proses pembelajaran daring.

“Dengan usia yang muda dan tanpa adanya pendampingan dari orang tua, akan sangat berpengaruh pada attitude pengguna internet, meningkatnya sikap tidak sopan, terjadi perundungan, maupun akses terhadap konten yang tidak layak,” ujarnya.

Laporan Digital Civility Index yang dirilis Microsoft pada februari 2021 lalu menjadi salah satu alasan, pentingnya pendampingan anak dalam berinteraksi dengan internet. Dalam laporan itu indonesia ditempatkan sebagai negara dengan tingkat kesopanan pengguna internet terendah di Asia Tenggara.

“Laporan ini harus menjadi cerminan bagi pemerintah untuk mulai menata ekosistem pengguna internet yang baik. Selain infrastruktur, pemerintah juga perlu membangun ekosistem internet yang sehat dan beretika,” lanjutnya.

Transformasi aktivitas ke ranah digital yang dipercepat dari target tahun 2030 karena pandemi, menjadikan isu privasi, perlindungan data privasi dan keamanan digital perlu menjadi perhatian tersendiri. Sejumlah situs yang bertujuan untuk scamming dan phising bermunculan, merampok data para pengguna internet yang lengah, dengan beragam iming-iming.

“Dan bukan hanya situs, terkadang juga ada trend challenge di media sosial seperti Instagram yang membuat pengguna tidak sadar bahwa hal tersebut dapat digunakan untuk mencuri data pribadi pengguna media sosial,”beber kadis.

Selain itu, hoax masih menjadi musuh terbesar pengguna internet, termasuk dalam penanganan covid-19. Kementerian Kominfo RI mencatat bahwa tak kurang dari 1800 hoax lokal atau berbahasa Indonesia tentang covid-19 yang beredar di media sosial, sejak februari 2020 hingga agustus 2021.

“Untuk Kota Ambon sejak tahun 2018 sampai saat ini telah mencounter kurang lebih 20 berita hoax lewat media sosial dimana tiga diantaranya kemudian berlanjut ke proses hukum. Sumber penyebaran hoax itu bukan orang biasa, tetapi mahasiswa yang notabene dikenal sebagai kaum intelektual,” tandasnya.

Kadis berharap kegiatan workshop yang dilaksanakan turut membantu pemerintah dalam mewujudkan ambon sebagai kota cerdas, termasuk di dalamnya penggunaan internet yang sehat dan bertika.

“Selaku Pemerintah saya berharap kegiatan ini akan diikuti dengan seksama oleh para peserta sehingga upaya dalam meningkatkan kapasitas literasi digital warganet indonesia, khususnya terkait isu privasi, perlindungan data pribadi dan keamanan digital personal dapat terlaksana,” pungkasnya.

Kegiatan Mini Workshop yang dilaksanakan Kementerian Kominfo RI bekerjsama dengan ICT Watch, Relawan TIK Indonesia, Common Room, dan Luminate group,  diikuti  peserta secara onsite dan online. Kegiatan ini turut dibuka oleh Wakil Rektor III IAIN, Fakih Seknun, yang dalam sambutannya menekankan agar elemen kampus dapat membedakan ranah privasi dan ranah publik dalam penggunaan internet.