Ketua Paguyuban Pekalongan Pasar Pastikan Tak Ada Penimbunan Minyak Goreng

Kota Pekalongan - Kelangkaan minyak goreng terjadi di Kota Pekalongan beberapa hari terakhir. Kelangkaan minyak goreng saat ini semakin mengkhawatirkan, bahkan muncul kabar terkait dengan aksi penimbunan minyak goreng dalam jumlah besar.

Ketua Paguyuban Pasar Grogolan Kota Pekalongan Suharjo menegaskan bahwa, tidak ada pedagang pasar di wilayahnya yang menimbun minyak goreng yang menyebabkan kelangkaan pasokan produk yang sangat dibutuhkan masyarakat tersebut.

“Jadi kalau kita sebagai pedagang tidak mungkin menyetok minyak goreng atau komoditi lain secara berlebihan. Artinya, hari ini barang datang sudah langsung habis terjual, kemudian kami order belanja lagi ke distributor,” ucapnya saat ditemui di Pasar Grogolan, Kota Pekalongan Senin (21/2).

Suharjo mengatakan bahwa, kelangkaan pasokan minyak goreng di pasar tradisional disebabkan dari distributor yang memasok minyak goreng dengan jumlah yang sangat terbatas. Pasalnya, saat ini pasokan minyak subsidi (minyak kemasan) jumlahnya terbatas dan sering kosong dari distributor. Ia menyebutkan, saat ini yang dijual di Pasar Grogolan lebih banyak dijual minyak curah dengan kisaran harga Rp19 ribu-20 ribu/kg. Sementara, untuk minyak kemasan dijual dengan harga Rp14-15 ribu/liter dengan stok yang tidak banyak.

“Dari distributor biasanya datang terbatas sebanyak 50-100 karton yang langsung dibagikan ke penjual grosir langganannya, itu pun juga tidak tiap hari datangnya dan dibatasi jumlahnya. Kalau pedagang di Pasar Grogolan sebagai pasar induk di Kota Pekalongan sangat gampang ketahuan kalau ada misal menimbun, karena disini ada aturan bahwa kios tidak boleh untuk gudang. Jadi kalau menimbun pasti langsung ramai. Di sini hampir dikatakan tidak pernah ada atau tidak ada yang berani menimbun dari pedagang-pedagangnya, bahkan tidak pernah turun ke gudang mereka, artinya kalau datang dari distributor 1 truk langsung dibagi-bagi dan langsung ludes terjual,” tegasnya.

Sementara itu, salah satu pemilik kios grosir di Pasar Grogolan, Irzam mengakui bahwa stok minyak goreng khususnya merk kemasan memang masih langka. Dari pihak distributor memang membatasi pasokan minyak ke grosir maupun pedagang ecer.

“Minyak goreng kemasan dari distributor paling turunnya 50 karton, tidak mesti. Sementara, untuk minyak goreng curah (non subsidi) masih Rp18 ribuan. Kelangkaan ini terjadi pada saat beredar informasi dari pemerintah mensubsidi minyak goreng atau sekitar awal Februari 2022. Jadi, barang masih ada di gudang, kemudian langsung ditarik dari distributornya, klaimnya ada yang udah masuk dan ada yang belum, tetapi disini semua laku sih. Konsumen memang paling banyak mencari minyak goreng untuk kebutuhan mereka, tetapi kami batasi 1 orang hanya boleh beli 1 karton (karena kami tidak menjual ecer),” terang Irzam.

Hal senada juga diungkapkan penjual minyak goreng lainnya, Farozah, bahwa, untuk stok minyak goreng kemasan memang sering kosong, sehingga konsumen sering beralih membeli minyak goreng curah.

“Barangnya kalau datang seminggu sekali, kalau curah stoknya masih banyak. Harga minyak curah yang Saya jual 1 kg Rp19 ribu. Sekarang pembeli banyak yang beli minyak goreng curah, karena minyak kemasan kosong. Sehari habis terjual 25 drum minyak curah habis terjual karena permintaan dari masyarakat banyak,” pungkas Farozah.