Pemkot Pekalongan Giatkan Saber AKI-AKB dan Masalah Gizi

Kota Pekalongan - Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan Kota Pekalongan dengan menggandeng Bappeda dan Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan untuk menggelar Sosialisasi Saber (Sapu Bersih) AKI-AKB dan Penanggulangan Masalah Gizi di Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Selasa (22/3). Kegiatan ini untuk menangani permasalahan gizi dan stunting di Kota Pekalongan.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Indah Kurniati mengungkapkan. bahwa saber AKI dan AKB perlu dilakukan melalui deteksi dini pada ibu hamil, bayi, dan balita.

"Kegiatan deteksi dini resiko tinggi, pemeriksaan, serta penatalaksanaan lanjutan pada ibu hamil, bayi dan balita dapat dilakukan oleh bidan dan dokter spesialis kebidanan/spesialis anak," papar dr Indah.

Disebutkan Indah, kegiatan saber dilakukan di empat wilayah kecamatan yakni Kecamatan Utara di Puskesmas Dukuh, Kecamatan Timur di Puskesmas Sokorejo, Kecamatan Barat di Puskesmas Medono, dan Kecamatan Selatan di Puskesmas Buaran.

"Kami melihat masih tingginya ibu dan bayi dengan risiko tinggi, anemia dan KEK juga mendominasi di setiap kecamatan, kasus kematian ibu tahun 2021 meningkat. Begitu pula dengan kasus maternal COVID-19 yang meningkat," jelas Indah.

Sementara itu, Camat Pekalongan Barat M Taufiqu Rochman menyambut baik sosialisasi saber yang menyasar lurah, babinsa, bhabinkamtibmas se-kec amatan Pekalongan Barat, serta para kader kelurahan.

"Masalah AKI dan AKB menjadi permasalahan bersama. Ini harus segera ditangani dan dicegah agar derajat kesehatan masyarakat Kota Pekalongan semakin meningkat," tandas Taufiq.

Sedangkan, Perencana Muda Bappeda Rr Murni Indah Wijayanti SKM menyampaikan, materi tentang Aksi Konvergensi Penurunan Stunting Kota Pekalongan.

"Angka prevalensi stunting Jawa tengah rata-rata 20,9%, dan Kota Pekalongan 20,6%. Targetnya tahun 2022 ini turun menjadi 17,92. Idealnya setiap tahun turun 1%, jika tahun 2024 ingin mencapai angka 12% maka harus turun 3% per tahun," ujar Murni.

Murni menjelaskan, konvergensi multi sektor percepatan pencegahan dan penurunan stunting harus ada intervensi dari sektor kesehatan (intervensi spesifik) sebesar 30% dan sektor non kesehatan (intervensi sensitif) sebesar 70%.

"Intervensi sektor kesehatan meliputi layanan PMT bagi bumil, KEK, dan bayi kurus, layanan pemberian tablet tambah darah bagi bumil dan remaja putri, layanan bumil K4, imunisasi dasar lengkap, ASI ekslusif dan MPASI, dan sebagainya," jelas Murni.

Selanjutnya, tambahnya, intervensi sensitif meliputi penyediaan sanitasi yang layak, air minum layak, konseling gizi dan bina keluarga balita, layanan PAUD, program perlindungan sosial, kawasan rumah pangan lestari, dan sebagainya.

"Kota Pekalongan sudah menjalankan aksi integrasi ini sejak tahun 2020," pungkas Murni.