Tinjau Bendungan Sadawarna, Menteri PUPR Harap Beri Manfaat Bagi Subang dan Indramayu

Subang - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono melanjutkan kunjungan kerja di wilayah Jawa Barat dengan meninjau progres pembangunan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, Kamis (22/9).

Pekerjaan konstruksi bendungan dengan kapasitas tampung 71 juta m3 ini telah memasuki tahap akhir dengan  rencana impounding (pengisian awal) pada akhir Oktober 2022.

Menteri Basuki berpesan agar kekuatan struktur urugan tanah pada tubuh bendungan terjaga dan tidak rembes. Selain itu juga dilakukan pembersihan sisa pekerjaan, misalnya menyemprot endapan tanah di jalan akses bendungan. 

"Karena Bendungan Sadawarna ini bertipe urugan, tolong dimonitor betul pori-pori tanah pada timbunan main dam. Jangan sampai ada rembesan," kata Menteri Basuki. 

Konstruksi Bendungan Sadawarna mulai dikerjakan sejak kontrak November 2018 melalui dua paket pekerjaan, yakni Paket I Kerja Sama Operasi (KSO) PT. Wijaya Karya - PT Daya Mulia Turangga - PT Barata Indonesia dengan progres pengerjaan hingga 22 September 2022 mencapai 97 persen dan Paket II dikerjakan KSO PT. Nindya Karya - PT Adhi Karya dengan progres mencapai 96,5 persen.  

Selama pekerjaan akhir, Menteri Basuki juga meminta untuk diperhatikan lansekap dengan lebih banyak menanam pohon endemik, seperti mangga, untuk menambah estetika dan membuat bendungan lebih teduh. Selain itu juga terus meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya operator bendungan agar pengoperasian bendungan bisa dilakukan sesuai prosedur dan terjamin keamanannya. 

"Semoga Bendungan Sadawarna bisa lebih bermanfaat utamanya untuk mengendalikan banjir di wilayah Subang," kata Menteri Basuki. 

Dengan total luas genangan 695,61 hektare, Bendungan Sadawarna berpotensi mereduksi banjir debit kala ulang Q25 sebesar 535 m3/detik menjadi 202 m3/detik yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dengan  tampungan banjir 26,37 juta m3. Bendungan Sadawarna membendung DAS Cipunagara yang memiliki panjang 137 km mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Jawa, tepatnya di wilayah utara Jawa Barat.

Bendungan Sadawarna juga berpotensi untuk mensuplai irigasi lahan pertanian seluas 4.284 hektare di Kabupaten Subang (2.517 ha) dan Indramayu (1.767 ha) untuk meningkatkan intensitas tanam petani. Manfaat lainnya adalah memasok air baku sebesar 1,20 m3/detik untuk  Kabupaten Subang, Indramayu, dan Sumedang serta potensi Sumber Tenaga Listrik sebesar 2 MW. 

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bastari mengatakan Bendungan Sadawarna didesain dengan mengedepankan prinsip-prinsip infrastruktur  berkelanjutan. Bendungan ini dilengkapi embung kecil sebagai sistem pengelolaan air limpasan dengan mengadopsi konsep natural pond for water treatmen. 

"Nanti pengolahan air dilakukan secara natural dengan menggunakan chamber - chamber untuk menangkap air limpasan untuk disaring dan diendapkan secara biologis. Kemudian di dasar kolam menggunakan under gravel treatment, sehingga air tetap jernih," kata Bastari. 

Selanjutnya air yang sudah jernih dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah pengelola dan fasilitas pendukung lainnya seperti wudhu Masjid As-Salimin. Dalam tinjauannya, Menteri Basuki juga meresmikan Masjid As-Salimin yang artinya orang yang beruntung. Sumber listrik untuk mendukung operasional Bendungan Sadawarna juga diupayakan secara mandiri dengan tenaga surya. 

Turut mendampingi Menteri Basuki, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian, Dirjen Sumber Daya Air Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Direktur Bendungan dan Danau Ditjen SDA, Airlangga Mardjono, dan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jawa Barat Wilan Oktavian.