Pandemi COVID-19, Ekspor Kopi Gayo Aceh Tengah Terhambat

Takengon – Pandemi COVID-19 yang melanda dunia, juga berdampak pada produk-produk pertanian Kabupaten Aceh Tengah yang berorientasi ekspor. Akibat pandemi tersebut, ekspor peroduk pertanian mengalami hambatan bahkan sebagian sama sekali tidak bisa dilakukan karena banyak negara menutup kran impor. Hal ini juga dialami oleh kopi arabika Gayo yang merupakan komoditi ekspor utama dari Kabupaten Aceh Tengah.

Akibat terhambatnya ekspor kopi arabika Gayo ke negara-negara tujuan, baik di Eropa maupun Amerika, saat ini ada belasan ribu ton biji kering (green bean) kopi arabika yang tertimbun di gudang-gudang di kabupaten Aceh Tengah karena belum bisa diekspor.

Seperti yang disampaikan oleh Iwan Tosa, seorang pelaku ekspor kopi Gayo di Aceh Tengah. Pihaknya mengaku dalam beberapa bulan terakhir mengalami kesulitan mengekspor kopi ke luar negeri.

Pemilik perusahaan ekspor PT Meukat Komoditi Gayo ini sudah bertahun-tahun menggeluti ekspor kopi arabika Gayo hampir ke seluruh dunia. Namun untuk saat ini semua menjadi terhambat karena virus corona yang melanda dunia.

“80 persen kopi arabika Gayo pangsa pasarnya adalah ekspor, jika itu terhambat, maka perekonomian masyarakat juga demikian, karena sebagian besar masyarakat di Aceh Tengah ini menggantungkan hidupnya dari komoditi kopi," ungkap Iwan saat mendampingi Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar saat menerima sertifikat pengelolan sistem resi gudang dari Badan Pengawas Pasar Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Iwan Tosa mengungkapkan bahwa saat ini tidak kurang dari 12 ribu ton kopi green bean tertahan di gudang-gudang perusahaan maupun koperasi yang ada di Aceh Tengah.

Dirinya mengatakan, dengan kondisi seperti ini sangat sulit bagi para pengusaha untuk terus membeli kopi dari petani, karena perputaran uang menjadi macet akibat produk mereka tidak bisa diekspor, akibatnya harga kopi di tingkat petani cenderung turun.

"Kami akui bahwa harga kopi cenderung turun, ini karena daya beli menurun akibat barang yang ada tidak bisa diekspor keluar, jadi modal tertahan. Bagaiamana kami bisa membeli kopi petani, padahal sebelum pandemi COVID-19, semuanya lancar-lancar saja,“ lanjut Iwan.

Dirinya mengatakan, salah satu upaya agar kopi petani tetap bisa terjual adalah melalui jual tunda dengan sistem resi gudang, kebetulan perusahaan miliknya merupakan salah satu badan usaha yang dipercaya untuk mengelola sistem resi gudang.