BOPLBF Gelar Pelatihan Berkebun Hidroponik di Desa Golo Desat

Labuan Bajo - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) untuk terus melaksanakan kegiatan pelatihan dalam mendukung pengembangan dan penguatan sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super premium

Terkait hal itu, BOPLBF menggelar pelatihan penguatan kapasitas SDM dalam rangka memperkuat sektor agrowisata melalui teknologi pertanian, berkebun hidroponik untuk pemula di Rangga Watu, Desa Golo Desat, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, pada 14-19 September 2020.

Melibatkan 22 peserta, pelatihan berkebun hidroponik sebagai salah satu solusi bertani di atas lahan dan air terbatas, yang dilaksanakan secara online (daring) dan juga secara offline, dengan pendampingan dan pemantauan secara langsung dari BOPLBF sebagai penyelenggara.

Hari pertama kegiatan pada Senin (14/9), pelatihan dibuka oleh Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina dan Camat Mbeliling Robertus Resmianto. Kegiatan juga dihadiri oleh Kepala Desa Golo Desat Daniel Jumi dan jajarannya.

Shana Fatina menyampaikan, pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting yang dapat men-support sektor pariwisata. Ia menekankan pentingnya memenuhi standar kualitas pariwisata dari produk pertanian yang dihasilkan sehingga mampu bersaing untuk masuk ke dalam industri pariwisata Labuan Bajo, dengan begitu masyarakat dapat memperoleh manfaat dari pertumbuhan pariwisata setempat yang ditargetkan menerima kunjungan 500 ribu wisatawan.

“Jika kita ingin menjadi petani dan peternak yang makmur, kita harus mendorong produk kita untuk dapat dimanfaatkan lebih banyak orang, salah satunya wisatawan tadi itu," ungkapnya

Bagaimana caranya, lanjut Shana, kita pastikan mereka menkonsumsi sayur-sayuran dari Mbeliling, bunga-bunga atau kopi dari sini? Hal-hal seperti ini yang sedang kita bantu dan kita asistensi agar hotel, restoran, dan kapal harus mengambil dan mengutamakan produk-produk lokal yang dihasilkan oleh teman-teman di Manggarai Barat, ungkap Shana.

Lebih lanjut, Shana menerangkan konsep wisata premium yang sedang dikembangkan di Labuan Bajo saat ini bukan hanya sekedar bicara tentang tarif mahal, tetapi juga penekanan pada kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan.

Shana berharap, melalui pengembangan teknologi pertanian hidroponik yang dilaksanakan BOPLBF kali ini makin mendorong para petani di Kecamatan Mbeliling untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang mampu memenuhi standar kualitas pariwisata.

Tahun 2019, hampir 85% supply bahan baku pangan industri pariwisata Labuan Bajo masih didatangkan dari luar daerah, sementara, 66% masyarakat masih berprofesi di sektor primer, meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.

Berangkat dari kondisi ini, Shana mendorong masyarakat Mbeliling menangkap peluang tersebut dengan berkomitmen untuk ambil bagian dalam rantai pasok pariwisata Labuan Bajo.

“Kami mendorong teman-teman disini melalui hidroponik yang kita lakukan hari ini, ayooo... Kita mulai belajar menyiapkan produk-produk pertanian yang baik, yang mampu memenuhi standar kualitas pariwisata.Teman-teman di Mbeliling harus berkomitmen untuk ambil bagian dari rantai pasok pariwisata Labuan Bajo”, tegas Shana.

Menurut Shana, pembangunan pariwisata Labuan Bajo yang massif tidak akan ada artinya jika masyarakat Manggarai Barat yang tidak dilibatkan, begitupun dengan konten lokal sebagai sumber natura setempat jika tidak terpenuhi tentunya tidak akan memberi dampak signifikan bagi masyarakatnya. Partisipasi masyarakat membangun pariwisata dari berbagai sektor, salah satunya sektor pertanian menjadi fokus perhatian BOPLBF saat ini.

Sementara itu Camat Mbeliling Robertus Resmianto dalam sambutannya mengatakan, teknologi hidroponik harus dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan pariwisata daerah.

Dijelaskannya, sudah ada 8 desa di Mbeliling yang ditetapkan sebagai desa wisata. Saya berterima kasih kepada BOPLBF yang sudah datang dan melihat langsung potensi kami disini, begitupun kepada para peserta.

"Kita manfaatkan potensi yang ada untuk mendukung pariwisata kita. Hidroponik harus kita manfaatkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, dan pariwisata kita”, ujar Robertus.

Sementara itu, Kepala Divisi Industri dan Kelembagaan BOPLBF Wisjnu Handoko yang turun secara langsung bersama para peserta menyiapkan dan membuat rangkaian pipa hidroponik memastikan, pelaksanaan pelatihan hidroponik tidak akan hanya berakhir sampai semua bibit tanaman disemai. BOPLBF akan terus melakukan pendampingan dan monitoring hingga pelaksanaan panen pertama.

“Kami tidak hanya akan melatih, tetapi juga akan mendampingi sampai selesai. Target kami hari ke 7 semua bibit sudah harus disemai dan kami akan dampingi dan sekaligus monitoring perkembangan tanaman dan produktivitas kelompok sampai dengan panen pertama kita laksanakan," jelas Wisjnu.