Pemilik Kapal di Pelabuhan Rasau Jaya Sarankan Pemkab Kubu Raya Rutin Screening GeNose

Kubu Raya - Pascapenerapan screening COVID-19 menggunakan alat GeNose C19 secara gratis terhadap penumpang kapal klotok di pelabuhan Rasau Jaya, Rabu (29/4) pagi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, sejumlah pemilik dan operator kapal klotok menyarankan agar pemerintah daerah melakukan kegiatan serupa secara rutin baik pagi, sore dan malam hari.

Pemilik kapal klotok Bintang Fortuna jurusan Rasau Jaya kabupaten Kubu Raya - Teluk Batang kabupaten Kayong Utara Agus Hermawan mengatakan, screening GeNose yang dilakukan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Rasau Jaya ini sangat mudah dan efektif serta gratis. Karena penumpang cukup dengan meniup kantong screening GeNose sampai penuh, setelah tiga menit, penumpang sudah bisa mendapatkan hasilnya melalui kertas yang diprint melalui alat GeNose C19.

“Meski demikian, saya selaku pemilik kapal klotok yang setiap harinya beroprasi di pelabuhan Rasau Jaya hanya bisa menyarankan agar pemerintah daerah dalam melakukan screening GeNose ini tidak hanya di pagi hari saja, melain juga harus dilakukan pada sore dan malam hari, karena di pelabuhan Rasau Jaya ini terdapat empat jadwal keberangkatan kapal klotok jurusan Rasau Jaya – Teluk Batang diantaranya pukul 09.00 WIB, 17.00 WIB, 20.00 WIB dan pukul 21.00 WIB," katanya di pelabuhan Rasau Jaya, Kamis (29/4.

Agus menilai, jika Screening GeNose ini hanya dilakukan pagi saja, tentu pihaknya akan mengalami penurunan omzet pengangkutan, kondisi itu ditakutkan karena adanya penumpang yang tidak berani melakukan perjalanan dipagi hari dan memilih keberangkatan atau kepulangan di sore dan malam hari.

“Sejak diberlakukanya swab PCR bagi masyarakat yang ingin berpergian, banyak penumpang yang ketakutan dan enggan melakukan perjalanan menggunakan armada air ini, baik itu kapal klotok, speed boat maupun kapal fery. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari Dinas Kesehatan kalau testing yang dilakukan ini hanya screening GeNose, para penumpang tidak terlalu panik dan mau di dilakukan screening," ujarnya.

Meski demikian, Agus menambahkan, ada beberapa penumpang juga yang masih panik dan takut untuk di screening, karena masyarakat mengira screening yang dilakukan ini sama halnya dengan swab PCR. Selain itu, masyarakat juga ada rasa takut jika hasil screeningnya positif COVID-19, karena jika kondisi itu terjadi, tentunya penumpang tersebut akan panik dan batal diberangkatkan.

“Apapun keputusan yang diambil pemerintah, kami pasti patuh aturan itu, namun apa yang saya katakan tadi, kalau bisa semua jadwal keberangkatan kapal klotok ini juga harus dilakukan screening biar ada rasa keadilan bagi pemilik kapal klotok lainnya. Karena kalau hanya dilakukan pagi hari saja, tentunya akan merugikan bagi pemilik kapal klotok yang berakat di waktu itu dan menguntungkan bagi pemilik kapal klotok yang berangkat pada sore dan malam hari karena tidak menuntu kemungkinan penumpang akan menghindar untuk di screening," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ali, operator kapal klotok di pelabuhan Rasau Jaya. Ali juga meminta kepada pemerintah daerah agar screening GeNose ini bisa dilakukan tiga kali sehari sesuai jadwal keberangkatan kapal klotok di pelabuhan Rasau Jaya, karena kalau hanya dilakukan satu kali saja (pagi hari) maka kondisi itu akan mengakibatkan sepinya penumpang pada saat dilakukan screening GeNose.

“Kondisi itu tentunya akan sangat berdampak sekali dengan jumlah penumpang karena untuk di pelabuhan Rasau Jaya ini terdapat 8 kapal klotok yang setiap harinya beroperasi dan berangkat sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Dari 8 armada itu, 4 armada untuk keberangkatan dari Rasau Jaya ke Teluk Batang, sedangkan 4 armada lainnya dari Teluk Batang ke Rasau Jaya," jelasnya.

Ali mengaku, selama panemi melanda sejak Maret 2020 lalu, semua omzet pemilik kapal klotok mengalami penurunan yang sangat signifikan, yang mana sebelum pademi, satu kapal klotok bisa mengangkut 80-90 penumpang sekali keberangkatan, namun sejak pandemi dan diberlakukannya swb PCR, satu kapal klotok hanya mengangkut 20 sampai 25 penumpang saja sekali keberangkatan. Tentunya kondisi itu menjadi keluhuan semua pemilik kapal klotok.

“Waktu sebelum pandemi (dua tahun lalu), 2 minggu sebelum lebaran penumpang sudah cukup ramai dan padat di pelabuhan ini. Apalagi kalau H-7 sampai H+ 5 Idul Fitri, karena ramai dan padatnya terkadang ada penumpang yang tidak bisa pulang karena kapasitas kapal klotok sudah tidak mencukupi. Tentunya dengan adanya pandemi ini sudah cukup membuat pemilik kapal klotok merugi jangan sampai dibuat rugi lagi dengan adanya swab PCR yang membuat warga enggan melakukan penyeberangan. Tapi Alhamdulillah, dengan screening GeNose ini warga sudah mulai tenang, karena prosesnya tidak susah dan cepat hasilnya serta tidak dipungut biaya sepersenpun," paparnya.