Bunda PAUD Ciamis Ikuti Webinar Peningkatan APK PAUD Jabar

Ciamis - Pokja Bunda PAUD Jabar menggelar webinar dalam rangka peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di Jawa Barat yang diikuti oleh Bunda PAUD Kabupaten Ciamis Kania Ernawati Herdiat dari Ruang Vidcon ULP Ciamis, Rabu (2/6).

Hadir sebagai keynote speaker Bunda PAUD Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya, Psikolog anak Seto Mulyadi, Elih Sudiapermana dan selaku Moderator Pokja Bunda Paud Provinsi Jawa Barat Bunda Anna Anggraeni.

Mengawali acara, Bunda PAUD Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan upaya peningkatan APK PAUD di Jawa Barat ini akan terus naik bila dikaksanakan dengan sinergitas komitmen dari semua komponen.

"Saat ini persentase APK PAUD Jabar untuk tahun 2019/2020 berada pada poin 36,28 dan berada di bawah Jawa Tengah pada 55,74 dan Jawa Timur pada 67,92 dan untuk persentase APK Nasional pada 41,18," terangnya.

Sementara itu, Seto Mulyadi menuturkan bahwa makna pendidikan adalah bukan seperti mengisi air kedalam gelas, tetapi menumbuhkan dari dalam, ujarnya.

Selain itu, Seto menambahkan, orang tua yang bijak adalah mereka yang mampu mendidik sesuai dengan zaman, tambahnya.

Sedangkan, Elih Sudiapermana menyampaikan beberapa diantara perencanaan peningkatan APK PAUD di Jawa Barat diantaranya strategi peningkatan akses PAUD dengan pendekatan kualitas yang di dalamnya mencakup perijinan, sesuai standar nasional, akreditasi, dan peran pemerintah provinsi.

"APK PAUD adalah perbandingan antara semua peserta didik PAUD dengan usia PAUD (3-6 tahun) dan dinyatakan dalam persentase," ujarnya.

Untuk persiapan strategi sosialisasi, "Capacity Building," dan pendampingan didalamnya mencakup devinisi AUD dan APK PAUD, problem data dan pendataan, model aplikasi Pokja Bunda PAUD Jabar Juara, dan PAUD berkualitas Holistik Integratif Jabar Juara.

Menurut Elih, Setelah dilakukan penelitian di seluruh Kabupaten/Kota, ternyata banyak permasalahan di penghitungan data, dimana data BPS dan data di pendidikan atau di Pokja PAUD berbeda.

"Harus ada pemantapan penghitungan jumlah data, karena dari tiap bidang terdapat cara penghitungannya yang berbeda," tandasnya.