Disdikbud Kubu Raya Gelar PTM Terbatas

Kubu Raya - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mulai Senin (23/8) sudah memulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sejumlah sekolah.

Kabid Pembinaan SMP M. Firdaus mengatakan, PTM terbatas ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menjaga generasi emas dari penyebaran COVID-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Di samping itu, ia juga menjelaskan, PTM Terbatas dilaksanakan berdasarkan pemetaan yang sudah dilakukan oleh jajaran Disdikbud Kubu Raya berdasarkan perkembangan terbaru zonasi peta penyebaran COVID-19 dari Satgas Kabupaten Kubu Raya.

“Dari pemetaan itu baru bisa kita tetapkan sekolah mana yang kita berikan izin untuk PTM terbatas dan sekolah mana yang tidak kita berikan izin,” kata Firdaus usai memberikan arahan saat menjadi pembina apel di Disdikbud Kubu Raya, Senin (23/8) pagi.

Bagi sekolah yang diizinkan, Firdaus menegaskan untuk tetap memberlakukan protokol kesehatan yang ketat dengan berbagai persiapannya.

“Dasar keputusan kita juga ada pada pernyataan kesiapan sekolah yang sudah kita miliki beberapa waktu lalu dengan berbagai ketentuan yang sudah kita tetapkan,” ujarnya.

Firdaus menambahkan, untuk kesiapan ini, pihaknya tidak ada kompromi, dengan diberlakukannya PTM Terbatas, sekolah yang bersangkutan sudah harus siap dengan segala ketentuan yang ada. Pun dengan kondisi dan perkembangan yang ada, Disdikbud Kubu Raya akan secara berkala melakukan monitoring dengan tim dari Disdikbud sendiri.

“Jika ada perkembangan terbaru terkait kondisi terkini, tentu Dinas Pendidikan akan segera mengambil langkah entah itu akan menambah jumlah sekolah yang diizinkan atau sebaliknya. Yang jelas, PTM terbatas kita pantau secara ketat,” katanya.

Sementara itu, satu diantara orang tua siswa, Diana Supiawati menyambut baik dengan adanya pembelajaran tatap muka, baginya cukup mengalami kesulitan harus mendapingi anak-anak belajar secara daring.

“Anak yang sekolah, kita juga harus belajar. Kalau mata pelajaran yang bisa kita kuasai tentu kita tidak keberatan mendapingi anak-anak, lain halnya kalau mata pelajaran yang tidak dikuasai, mau tidak mau ketergantungan pada smartphone menjadi andalan,” ujar warga Sungai Raya ini.

Pun demikian diungkapkan Indriati, warga Desa Mekar Baru Sungai Raya. Menurutnya dengan diberlakukannya PTM tentu ada kelegaan baginya, sebab sejak anak ketiganya masuk SD awal tahun ajaran lalu, belum pernah sekali berinteraksi dengan guru mata pelajaran.

“Yang ada hanya penugasan-penugasan. Kita ingin anak dididik oleh guru, bukan hanya dibebankan penugasan yang hampir setiap hari,” harapnya.