Strategi Bertahan UMKM Batik Pekalongan di Masa Pandemi

Kota Pekalongan - Batik kini bukan sekadar budaya, tetapi telah menjelma menjadi komoditas bisnis berkelas dunia. Namun, lebih dari satu tahun eksistensi batik terus diuji di masa pandemi. Mulai dari sulitnya pemasaran hingga menurunnya daya beli masyarakat menjadi problema bagi para pelaku UMKM di Kota Batik ini.

Namun, tantangan ini justru ditangkap oleh Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Dindagkop-UKM) Kota Pekalongan untuk mendorong digitalisasi pemasaran produk bagi UMKM binaannya melalui pelatihan digital marketing maupun pelatihan ekspor.

Salah satu UMKM batik binaan Dindagkop-UKM yakni Ayuni Batik milik Yuni Faizah. Sejak 2017, batik miliknya telah tergabung menjadi mitra binaan Dindagkop-UKM. Ia mengaku, sebagai mitra binaan banyak manfaat yang dirasakan baik ilmu, pengalaman, relasi hingga berdampak pada penjualan batik miliknya.

“Di awal pandemi, penjualan masih cukup baik meskipun mengalami penurunan. Tetapi, yang saya rasakan sebagai mitra binaan Dindagkop-UKM sangat membantu, terutama menambah wawasan. Bagaimana cara berjualan online, cara ekspor, dan lainnya,” tutur Yuni saat ditemui di tokonya di Jalan KH Ahmad Dahlan Gang 14 No 41, Tirto, Rabu (1/9).

Ia menceritakan bahwa bergelut di bidang usaha batik sudah ditekuninya selama 11 tahun. Batik yang dijualnya pun beragam, tidak hanya batik tulis dan kombinasi cap tulis berbentuk kain. Namun, juga pakaian batik, seperti tunik, kemeja, daster, pakaian anak, dan sebagainya.

Di masa pandemi ini, strategi yang ia lakukan agar tetap bertahan yakni meningkatkan kualitas produk dan mengikuti tren batik yang sedang berkembang namun tetap dengan ciri khas batik Ayuni yang soft tetapi modis.

Lanjutnya, ilmu yang ia dapatkan selama mengikuti beberapa kali pelatihan yang diselenggarakan oleh Dindagkop-UKM, ia terapkan dalam usahanya. Salah satunya dengan memanfaatkan group whatsapp untuk berjualan.

“Kami memilih menggunakan group whatsaap karena memang lebih mudah digunakan dan disesuaikan dengan sumber daya kami. Banyak platform yang bisa digunakan tidak hanya marketplace, seperti telegram, Instagram dan sebagainya,” katanya.

Selain itu, UMKM juga dilibatkan secara aktif untuk mengikuti beberapa acara pameran seperti pekan batik. Ia juga mengaku, sempat diberikan kesempatan untuk mengikuti pameran di Republik Kepulauan Fiji untuk mempromosikan batik, namun ditunda karena adanya pandemi COVID-19.

Dalam sehari, sekitar 20-30 pakaian batik mampu ia jual secara online.

“Mudah-mudahan pandemi segera berakhir, dan aktivitas bisa kembali normal,” pungkasnya.