UP2K Pekalongan Olah Debog Pisang dan Telur Asin Jadi Camilan Berduit

Kota Pekalongan – Selama pandemi COVID-19, sejumlah ide kreatif bermunculan. Salah satunya inovasi olahan makanan yang dilakukan oleh sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK Kota Pekalongan.

Mereka memanfaatkan bahan yang selama ini tak dipandang manusia sebagai sumber makanan seperti batang pisang atau gedebog pisang untuk dijadikan oleh-oleh maupun olahan makanan khas Kota Batik.

Anggota UP2K Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, Indah menyampaikan, bermula pada tahun 2020 saat terjadi musibah banjir dan rob di wilayah Pekalongan Utara, mengakibatkan sejumlah pohon pisang mati. Padahal, diwilayah tersebut cukup banyak dijumpai pohon pisang. Hal ini mendorong munculnya ide dari para anggota untuk memanfaatkan bahan pangan tersebut menjadi olahan yang diberi nama Taro Debog.

“Jare wong ora kanggo debog pisang (Kata orang tidak terpakai batang pohon pisang). Tapi, justru yang tidak terpakai bisa dimanfaatkan dan bantu-bantu ekonomi keluarga,” kata Indah.

Ia menjelaskan, proses pembuatannya sangat mudah dan dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. Diantaranya yaitu debog pisang dikupas dan diambil bagian tengahnya. Kemudian, dicuci dengan bersih, dipotong sesuai dengan selera dan rendam menggunakan air kapur semalaman. Selanjutnya, cuci lagi dan keringkan atau diperas agar tidak ada kandungan air. Terakhir, goreng dengan minyak panas sampai kuning keemasan.

“Sejak tahun 2020, sudah kami jual ke masyarakat. Biasanya kami promosikan ketika ada pertemuan PKK, pertemuan warga dan sebagainya. Satu bungkus taro debog ini dibandrol dengan harga Rp10 ribu dan ada dua varian rasa yakni original dan pedas,” terangnya.

Di pihak lain, UP2K Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat juga tak kalah kreatif. Ibu-ibu UP2K ini menciptakan olahan pangan berupa kerupuk telur asin.

“Berawal dari anggota UP2K kami (Zubaedah) yang merupakan peternak bebek. Usahanya adalah produksi telur asin, kalau bikin telur asin hasilnya ada yang bagus ada yang pecah. Yang pecah itu biasanya di jual murah, sehingga kami manfaatkan, kami olah menjadi kerupuk. Jadi meningkatkan nilai jual juga,” tuturnya.

Lanjutnya, tersedia dua kemasan baik mentah seharga Rp15 ribu dan kemasan matang (jadi) seharga Rp20-Rp30 ribu.

“Kami juga menggunakan kemasan yang ramah lingkungan, yakni dengan besek bambu, sehingga bisa dimanfaatkan kembali,” imbuhnya.

Ke depan, pihaknya juga akan melebarkan sayap dengan menjajal pemasaran digital seperti pemanfaatan sosial media agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.