Mentan Ingatkan Dampak Pemanasan Global Dikhawatirkan Ganggu Ketahanan Pangan

Cirebon - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar acara puncak Peringatan Nasional Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-41 di Desa Jagapura Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (25/10).

Peringatan HPS 2021 tersebut dihadiri langsung Mentan Syahrul Yasin Limpo dan didampingi Wantimpres Habib Muhammad Luthfi, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedy Mulyadi, dan Wakil Bupati Cirebon Wahyu Tjiptaningsih.

Pada HPS ke-41 di Kabupaten Cirebon diawali dengan panen padi dan penyerahan bantuan sebesar Rp19,5 miliar kepada petani yang langsung diberikan Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Peringatan tersebut dilakukan secara virtual di 41 titik wilayah Indonesia. Beberapa komoditas yang dipanen yakni, jagung, padi, kedelai, kelapa sawit, kakao, hortikultura, bunga hias, dan dan Sorgum.

Mentan mengatakan, semua pihak yang terlibat dalam sektor pertanian harus siap menghadapi dampak pemanasan global. Ancaman tersebut, dikhawatirkan menganggu ketahanan pangan di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Mentan menghadiri pertemuan G20. Negara-negara yakni Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang sudah meningkatkan anggaran ketahanan pangan, lantaran hal tersebut merupakan ancaman serius.

"Mari jadikan peringatan HPS Ke-41 ini momentum upaya kita bersama untuk merubah strategi pembangunan pertanian dengan menerapkan teknologi dan riset yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim, pemanasan global dan krisis air di masa yang akan datang," kata Mentan.

Upaya antisipasi untuk menekan perubahan iklim terhadap pertanian, Kementan meminta agar petani mampu menanam varietas yang tahan saat dilanda banjir ataupun kekurangan air di waktu kemarau melanda.

Menurut Yasin, Kementerian Pertanian tidak mampu bergerak sendiri dalam menghadapi ancaman tersebut dan perlu adanya kerja sama seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah.

Selama masa pandemi Covid-19, pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan. Bahkan, tumbuh positif di saat sektor lain mengalami tekanan.

Hal ini membuktikan bahwa upaya yang dilakukan Kementan dalam tiga tahun terakhir ini, telah menunjukkan ketangguhan sektor pertanian.

"Oleh karena itu, kunci keberhasilan tindak lanjut HPS ini adalah pertama, koordinasi pengawasan yang sistematis yang dikawal dengan disiplin. Kedua, HPS ini bukan seremonial, bukan proyek tetapi edukasi tentang program terukur, cara dan tatakelola (manajemen) hulu-hilir pertanian dan perilaku insan pertanian yang sesuai dengan tantangan era. Ini sama dengan program reguler maksimum dan SPP," kata Syahrul.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama tahun 2020, sektor pertanian menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada Triwulan II 2020 PDB sektor pertanian tumbuh 16,24% q-to-q. Begitupun pada triwulan III dan IV, PDB Pertanian tumbuh masing-masing 2,15% dan 2,59% y-on-y dan mampu menjadi penyelamat memburuknya resesi ekonomi nasional. Demikian juga memasuki TW II 2021, PDB sektor pertanian masih konsisten tumbuh positif sebesar 12,93% (q to q).

Sementara itu, Wakil Bupati Cirebon Wahyu Tjiptaningsih mengatakan, meminta kepada Kementerian Pertanian untuk membantu petani. Hal tersebut dilakukan agar pertanian di Kabupaten Cirebon tersebut bisa maju.

Petani di Gegesik sudah membentuk Koperasi Usaha Tani (KUT) Sikepang yang mencakup 987 hektare. Ratusan lahan itu berkontribusi terhadap ketersediaan cadangan beras nasional.

"Sektor pertanian di Kabupaten Cirebon bertanggung jawab terhadap ketersediaan nasional," kata Wakil Bupati Cirebon.

Wakil bupati yang akrab disapa Ayu ini menyebutkan, Kabupaten Cirebon menargetkan produksi gabah kering pada 2024. Hal tersebut dengan meningkatkan luas lahan pertanian, terutama di wilayah utara.

"Potensi pertanian di wilayah utara sangat mendukung, terutama yang dialiri Jatigede," katanya.