Pemkot Pekalongan Terus Pacu Literasi Anak

Kota Pekalongan - Dari hasil kajian kegemaran membaca masyarakat Indonesia tahun 2020 yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional menunjukkan bahwa Nilai Tingkat Indeks Gemar Membaca Kota Pekalongan masih dalam kategori sedang atau peringkat 4 terendah se-Jawa Tengah.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid mendorong OPD terkait yaitu Dinas Pendidikan dan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) setempat agar di tiap jenjang sekolah khususnya jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Pekalongan tetap mengacu pada pemberian tugas sekolah (PR) kepada anak yang bersumber pada buku-buku baik buku bacaan maupun buku pengetahuan di tengah pesat perkembangan IPTEK. Sehingga,dari situlah akan tercipta minat membaca buku pada anak.

"Kami menekankan kepada Dinarpus dan Dindik bahwa untuk meningkatkan minat membaca di masyarakat,kami meminta di tingkat-tingkat sekolah terutama jenjang SD dan SMP di Kota Pekalongan,jangan sekali-kali memberikan tugas rumah (PR) yang bisa diakses semua lewat online, dalam hal ini melalui smartphone," tegas Aaf, sapaan akrabnya,saat memberikan pengarahan dalam kegiatan Pengukuhan Bunda Literasi tingkat Kecamatan se-Kota Pekalongan dan Bunda PAUD Pekalongan Utara dan Pekalongan Selatan,bertempat di Ruang Amarta Setda Kota Pekalongan, Selasa (2/11).

Menurut Aaf, meskipun saat ini semua informasi bisa dengan mudah diakses melalui smartphone,namun didalam perangkat canggih tersebut juga menyimpan konten bahaya pada anak-anak seperti pornografi, bahaya narkoba, radikalisme, kriminalitas, dan sebagainya jika tidak dengan bijak menggunakannya.

Pada kesempatan baik tersebut, Aaf juga berpesan kepada Bunda Literasi dan Bunda PAUD yang baru dikukuhkan untuk menjadi penggerak dalam mengajak masyarakat meningkatkan budaya gemar membaca.

Lebih lanjut, pihaknya juga menargetkan di tahun 2022, tingkat minat baca masyarakat Kota Pekalongan bisa terus meningkat ke depannya.

"Kami ingin ketika anak diberikan tugas rumah,paling tidak mendorong anak untuk bisa datang ke perpustakaan untuk meminjam maupun membaca buku. Dengan adanya pengukuhan hari ini,kami berharap Bunda Literasi maupun Bunda PAUD yang baru dilantik hari ini bisa memberikan sumbangsihnya dalam mengajak masyarakat untuk memiliki minat baca yang tinggi, sehingga indeks Gemar Membaca di Kota Pekalongan ini bisa meningkat di tahun-tahun berikutnya," tegas Aaf.

Sementara itu, Bunda Literasi sekaligus Bund PAUD Kota Pekalongan, Inggit Soraya menjelaskan, di era saat ini, anak-anak lebih menyukai bermain gadget daripada membaca buku. Dimana,anak anak lebih sering membaca media sosial dibandingkan mencari informasi di buku bacaan.

"Sehingga inilah perlunya pembiasaan agar anak anak suka membaca buku. Inilah peran Bunda Literasi dibutuhkan untuk meningkatkan minat baca. Selain itu, peran keluarga juga sangat penting sebagai role model kepada anak-anaknya. Orang tua harus merangsang anak-anaknya sejak dini agar mau membaca dan giat belajar dan berwawasan luas. Pasalnya, buku adalah jendela dunia," terang Inggit.

Inggit menerangkan,persoalan indeks kegemaran membaca dan literasi terdapat dalam dua sisi. Pertama dalam sisi hulu, yaitu penulisan, penerbitan, distribusi, regulasi. Kedua dari sisi hilir, yaitu rendahnya kegemaran membaca, rendahnya indeks lierasi, ketimbangan rasio buku dan jumlah penduduk, anggaran terbatas, kurangnya pustakawan. Lebih jauh dikatakan bahwa berbicara tentang literasi tidak terlepas dari empat tingkatan literasi, yaitu pertama, Mengumpulkan, yakni kemampuan untuk mengumpulkan sumber bacaan, kedua, Memahami, yakni kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dan tersurat, Ketiga, Mengemukakan, yakni kemampuan untuk mengemukakan ide atau gagasan baru teori baru, dan kreativitas serta inovasi baru, dan keempat Menciptakan, yakni kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu.

"Peningkatan budaya literasi, inovasi, kreativitas bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan, dan berkarakter melalui peningkatan budaya literasi mencakup pengembangan budaya gemar membaca, pengembangan sistem perbukuan dan penguatan konten literasi, peningkatan akses dan kualitas perpustakaan berbasis inklusi sosial. Pembiasaan budaya literasi anak bisa dimulai sejak dini dari keluarga,dimana dalam hal ini, orangtua bisa mengajak anak-anaknya untuk berekreasi di perpustakaan atau taman baca. Di samping rekreasi, anak-anak bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tidak hanya itu, orangtua juga bisa membiasakan diri untuk mengajak anaknya membaca buku bersama ataupun mendongeng," pungkas Inggit.