PTM Terbatas Diharapkan Atasi Kejenuhan Anak

Batang - pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang telah berjalan beberapa bulan merupakan langkah tetap agar hak anak untuk mendapat ilmu terpenuhi dan mengatasi kejenuhan selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Anggota Komisi A DPRD Jawa Tengah Masruhan Samsurie mengemukakan, meskipun di tengah pandemi COVID-19, namun proses pembelajaran yang serba dibatasi, harus tetap berjalan.

“Semula yang seminggu harusnya 5 atau 6 hari, tapi 50% harus dikurangi. Meski demikian, bisa mengatasi problem pembelajaran daring yang kurang efektif bagi anak,” katanya, saat meninjau PTM Terbatas, di SDN Proyonanggan 5, Kabupaten Batang, Selasa (2/11).

Ia mengatakan, kunjungan kerjanya beberapa bulan lalu, saat pandemi masih rawan menjangkiti, banyak keluhan dari orang tua murid.

“Tapi pihak sekolah tetap menjalin komunikasi intensif dengan para orang tua murid, agar kedua belah pihak saling memahami,” jelasnya.

Menurutnya, sejak zaman sebelum pandemi, proses pembelajaran paling efektif adalah secara tatap muka, sehingga memunculkan kontak psikologis dengan siswa.

“Kita bisa diskusi dengan tatap muka yang penting bagi anak, karena pendidikan itu tidak sekadar meningkatkan IQ, tetapi juga EQ dan moral,” tegasnya.

Ia memastikan, ketika PTM Terbatas, anak akan menaruh hormat kepada guru. Berbeda jika anak dididik orang tua, meskipun PJJ dipantau orang tua, mungkin kurang maksimal hasilnya.

Setelah ditinjau langsung, kedisiplinan para guru dalam menerapkan protokol kesehatan. Pihak sekolah selain menerapkan protokol kesehatan, juga menyediakan masker bagi siswa yang maskernya telah rusak atau ketika tertinggal di rumah.

Kepala SDN Proyonanggan 5 Ghonimah menuturkan, pada awal diberlakukannya PTM Terbatas, sebagian orang tua merasa keberatan untuk mengizinkan anaknya mengikutinya. Secara bertahap, pihak sekolah menyosialisasikan pentingnya PTM Terbatas bagi anak, akhirnya orangtua memahami dan mengizinkan.

“Pendidikan itu tidak cukup didapat secara daring saja, tetapi bertemu guru, akan ada kedekatan hati dan menimbulkan rasa nyaman bagi anak-anak,” ungkapnya.

Ia mengakui ada perbedaan perilaku anak sebelum dan saat tatap muka sangat tampak.

“Dari sisi teknologi ada peningkatan kemampuan anak, namun perilaku sosialnya kurang terpuji, terutama ketika bertemu guru, tidak menyapa dengan santun. Selama PJJ banyak anak yang begadang, bergaul dengan anak yang usianya terpaut sangat jauh,” terangnya.

Namun, jelasnya, semenjak PTM anak merasa nyaman dengan guru, karena tidak hanya materi pelajaran saja, melainkan penanaman karakter sesungguhnya didapat dari proses pembelajaran langsung.