Konselor Sebaya, Sarana Curhat Remaja di Batang Seputar Kesehatan

Batang - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang melatih para pelajar agar memiliki kompetensi sebagai seorang konselor bagi sebayanya, sehingga mampu menjadi sarana mencurahkan isi hati sesama remaja, terutama seputar kesehatan reproduksi.

Sekretaris Dinas Kesehatan Batang Ida Susilaksmi menyampaikan, rasa keingintahuan remaja itu sangat besar, namun terkadang timbul rasa malu untuk bertanya kepada orang yang tidak sebaya dengannya.

“Biasanya mereka malu bertanya seputar hal-hal terkait reproduksi kepada guru, orang tua. Mereka lebih suka bertanya kepada teman sebayanya,” katanya saat ditemui, di Hotel Sahid Mandarin, Kota Pekalongan, Rabu (24/11).

Ia menilai, pembentukan konselor sebaya ini sangat penting, karena dikhawatirkan jika bertanya kepada teman sebaya yang juga tidak memahami, justru salah menyampaikan informasi.

“Dalam pelaksanaan konselor sebaya itu pun tetap mendapatkan pendampingan dari petugas Puskesmas sebagai Programer Kesehatan Remaja,” jelasnya.

Ia menjelaskan, kegiatan tersebut juga masih berkaitan erat dengan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

“Pendampingan dilakukan oleh petugas kesehatan karena mereka mempunyai kemampuan sebagai konselor, pelayanan kesehatan, agar ketika para remaja punya masalah, mereka mau curhat terutama jika ada masalah kejiwaan yang tidak bisa ditangani konselor sebayanya, nanti bisa dikonsultasikan ke petugas Puskesmas,” terangnya.

Pihak Puskesmas akan bekerjasama dengan sekolah, untuk mengintensifkan pelayanan dengan melakukan kunjungan rutin.

“Mereka menyiapkan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), juga untuk melayani konseling dan ada pula petugas kesehatan yang memberikan layanan di Puskesmas, tergantung inovasi masing-masing,” tegasnya.

Ia menjelaskan, di masa pandemi saat ini, karena diminimalkan pertemuan layanan langsung, dapat memanfaatkan fasilitas teknologi digital, yang dimiliki seluruh Puskesmas.

Salah satu peserta, Desta Eliani, siswi SMPN 1 Bandar menuturkan, konselor sebaya ini patut dikembangkan di setiap sekolah, karena banyak remaja yang menggunakan media sosial tidak sesuai peruntukannya.

“Jangan mengunggah sesuatu yang aneh-aneh, terus jangan melakukan perundungan di dunia maya,” harapnya.

Selama ini ia pun sering dimintai saran atau saran curhat teman sebayanya. Terlebih setelah mendapatkan materi menjadi konselor sebaya, akan berusaha membantu dengan tetap meminta bimbingan dari guru maupun petugas Puskesmas.

“Seringnya masalah saling ejek kelemahan atau kekurangan fisik teman, kadang mereka yang dihina merasa rendah diri dan menyendiri di kelas. Saya coba untuk memotivasi, agar dia tetap memiliki semangat, bahwa setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,” ungkapnya.

Sedangkan kepada teman yang menghina, akan mencoba untuk mengingatkan supaya tidak saling menghina, karena diri sendiri pun tidak sempurna.