Jembatan Bendung Tirtonadi, Ikon Wisata Sekaligus Pengendali Banjir Kota Solo

Solo – Kota Solo mempunyai ikon wisata baru. Ikon wisata tersebut ialah Jembatan Bendung Tirtonadi. Jembatan Bendung Tirtonadi dibangun dengan konsep yang menarik. Material jembatan sebagian besar menggunakan kaca, baik di lantai maupun di kanan dan kiri pembatasnya. Desain jembatan juga estetik dengan dominan warna biru.

Lokasi jembatan ini terletak bersebelahan dengan Terminal Tirtonadi Solo. Apabila turun di Terminal Tirtonadi, kita dapat menuju pintu keluar utara kemudian menyeberangi Jalan Ahmad Yani. Jembatan dibangun pada pertemuan Kali Gajah Putih dan Kali Pepe di Solo bagian utara.

Setelah diresmikan pada tahun 2019, tempat ini menjelma menjadi ikon baru untuk Kota Solo. Masyarakat pun kerap menggunakannya untuk mengambil gambar dan swafoto atau sekedar jalan-jalan di pagi maupun sore hari.

Seperti dikatakan Dani (27), warga Nusukan Solo, setiap pagi maupun sore hari banyak orang yang mengunjungi jembatan ini. Selain untuk melihat jembatan, mereka juga memanfaatkan momen untuk berswafoto bersama keluarga maupun kolega.

“Sekarang setiap pagi dan sore hari di sini ramai dikunjungi warga. Tidak hanya dari Solo, tetapi juga dari daerah lain. Utamanya untuk berfoto bersama,” katanya.

Di kawasan itu, Pemkot juga membangun Papan Kawruh Tirta. Tempat ini dimaksudkan untuk menjadi wisata edukasi air. Papan Kawruh Tirta juga menjadi pusat pembelajaran mengenai air, sungai, dan danau.

"Selain berfoto di jembatan, di sini juga bisa belajar tentang air, bisa air tanah, air sungai dan air lainnya, ada juga informasi tentang sungai-sungai di Kota Solo,” tambah Dani.

Selain sebagai ikon wisata, Bendung Tirtonadi berfungsi mengatur deviasi air di Kali Gajah Putih dan Kali Pepe. Bendung bermanfaat untuk menampung aliran air sekaligus bermanfaat mengendalikan banjir.

Ada tiga komponen utama yang menyusun teknologi yang diterapkan di bendung itu, yakni gate panel (gerbang panel), air blader (kantong udara), dan protection fins (sayap pelindung).

Ketika musim kemarau, bendung ditutup untuk menampung air sungai. Daya tampungnya hingga 1 juta m3 dengan panjang 1,5 kilometer.

Sementara pada musim penghujan akan dibuka dengan kapasitas pengaliran air 1.048 meter kubik per detik, atau lebih besar dari debit awal 390 meter kubik per detik.