Kemenkes Hadirkan Enam Aksi Utama di KTT G20

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan enam aksi utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022.

"Enam aksi utama itu, yakni pembentukan Dana Keuangan untuk Pandemi (Pandemic Fund), evaluasi akses COVID-19 atau Tool Accelerator, pengawasan surveilans genomik, harmonisasi protokol kesehatan global, perluasan manufaktur global, dan side events. Hal itu berdasarkan hasil dari Health Ministerial Meeting yang diselenggarakan pada 28 Oktober lalu," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa, dalam Konferensi Pers "Resolusi G20 untuk Perangi Pandemi", Jumat (11/11).

Kunta menjelaskan, pembentukan Dana Keuangan Pandemi (Pandemic Fund) bertujuan untuk memobilisasi sumber daya kesehatan.

"Hal ini dilakukan karena masih adanya kesenjangan dalam penyaluran dana ketika pandemi COVID-19 melanda. Oleh karena itu, Kemenkes ingin meratakan distribusi layanan kesehatan di masa darurat pandemi," ujarnya.

Kunta menerangkan, nantinya juga akan dibentuk Gugus Tugas sebagai mekanisme untuk memperkuat kapasitas negara yang berpenghasilan menengah ke bawah (low emidence income countries) sehingga mereka dapat merespons keadaan darurat kesehatan tersebut. Ia menambahkan, pengumpulan dana sudah dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak 1,4 miliar dolar AS untuk Pandemic Fund melalui dukungan oleh 20 negara.

Selain itu, Kunta menyampaikan, Indonesia sedang fokus pada persiapan laboratorium kesehatan masyarakat yang menjadikan puskesmas sebagai level 1 dari laboratorium kesehatan masyarakat, kabupaten kota level 2, provinsi level 3, level 4 daerah, dan level 5 nasional.

Selanjutnya, tambah Kunta, evaluasi akses COVID-19 (Tool Accelerator) juga akan dibuat oleh Kementerian Kesehatan untuk memobilisasi sumber daya manusia. Setelah dana pandemi berhasil dikumpulkan, nantinya alat dan sumber daya ini bisa dinikmati oleh semua negara.

"Intinya kami ingin semua negara mendapatkan akses yang sama terhadap alat kesehatan dan juga tindakan medis dalam kondisi darurat," tegas Kunta.

Poin ketiga, jelas Kunta, yaitu mengenai pengawasan Genomic Survilance untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons dari pandemi.

"Hal ini penting dan membutuhkan adanya kolaborasi lintas negara. G20 ini ingin mendorong pertukaran data patogen lintas negara dengan prinsip keterbukaan dan tepat waktu. Program ini perlu didukung dengan platform pertukaran data terpercaya dari berbagai negara untuk melihat potensi pandemi atau ancaman kesehatan lebih luas lagi kedepannya” ujarnya.

Adapun harmonisasi Protokol Kesehatan Global, jelasnya, sebagai program keempat yang diajukan untuk kolaborasi sistem sertifikat perjalanan berbasis integritas.

"Dengan adanya harmonisasi standar kesehatan ini, kita bisa melakukan lintas batas yang aman dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Jadi tidak ada lockdown. Orang sehat boleh keluar dan ekonomi berjalan tapi standar kesehatan harus sama,” tandas Sekjen Kementerian Kesehatan itu.

Program Harmonisasi Protokol Kesehatan Global juga akan merilis QR Code dari masing-masing aplikasi COVID-19 di berbagai negara yang dapat di-scan ketika berpergian ke luar negeri sehingga nantinya men-download aplikasi COVID-19 sesuai negara yang dikunjungi tidak lagi diperlukan.

"Mengharmonisasikan aplikasi standar pandemi untuk seluruh negara dan bisa saling membaca riwayat vaksin. Nanti, negara tujuan tinggal memasukkan QR Code dari aplikasi COVID-19 nya yang diletakkan di seluruh negara. Misalnya, nanti kita tinggal scan PeduliLindungi ketika mengunjungi negara manapun dan akan terbaca riwayat vaksinasinya. Begitupun negara lain juga memasukan QR Code-nya," katanya.

Kemudian program selanjutnya, ujar Kunta, yaitu perluasan manufaktur global yang mana hal ini merupakan kesepakatan untuk melakukan analisa kesenjangan dan juga pemetaan jaringan. Ia mengatakan, pada intinya di dalam forum G20 ini, ingin mendorong agar analisa mengenai kesenjangan dan pemetaan jaringan dikembangkan di semua negara maju dan berkembang.

Terdapat tujuh negara yang telah berpartisipasi dalam mendukung inisiatif pembuatan manufaktur jaringan penelitian diantanya negara Argentina, India, Brasil, Afrika Selatan, Turkiye, Arab Saudi, dan Indonesia yang ingin mendukung ekosistem manufaktur dari vaksin obat-obatan untuk memerangi pandemi.

Selain lima hal tersebut, ujar Kuntar, terdapat juga side events untuk meningkatkan pendanaan tuberkulosis, inisiatif One Health untuk mencegah penyakit pada hewan berpindah ke manusia, mencegah, mendeteksi dan merespons dari AMR atau bakteri yang kebal terhadap antimikroba.

"Dengan adanya tindakan ini, kita bisa memperkuat arsitektur kesehatan global terutama berkaitan dengan pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanganan pandemi. Diharapkan kesehatan menjadi fokus utama tidak hanya di Indonesia tetapi juga di global," tutupnya.