Pemkab Buton Cegah Stunting Lewat Budaya Kearifan Lokal

Buton - Pemerintah Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menerapkan budaya kearifan lokal untuk mencega terjadinya stunting atau kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buton La Ode Syamsuddin menjelaskan, dalam rangka mencegah stunting, Pemkab Buton melakukan pendekatan berbasis kearifan lokal, misalnya budaya yang dapat diterapkan untuk mencagah stunting, melalui adat Posua dan ritual Posipo.

Dijelaskannya, untuk mencapai target pencegahan stunting di dua basis budaya itu, maka penting dilakukan pemahaman kepada para bhisa dan dukun beranak yang kemudian menjadi corong pencegahan stunting berbasis budaya lokal. Hal itu dilakukan, sebab dalam pengaplikasiannya, mereka lah yang kemudian akan melakukan prosesi adat itu.

Syamsuddin mengatakan, posuo sangat berpengaruh dalam mencegah stunting. Pasalnya, acara adat ini dilaksanakan ketika seorang perempuan telah beralih statusnya dari gadis remaja menuju gadis dewasa.

Posuo diselenggarakan untuk menguji kesucian seorang gadis. Tradisi ini berlangsung selama delapan hari delapan malam di dalam suo atau ruangan khusus. Saat seorang gadis melaksanakan posuo, ia akan diisolasi dan dijauhi dari berbagai pengaruh dunia luar. Sang gadis hanya dapat berhubungan dengan bhisa. Bhisa merupakan orang yang ditujuk langsung oleh pemangku adat untuk memberikan berbagai wejangan khusus selama masa posuo dilaksanakan.

Nah, menurutnya disini lah peran bhisa untuk memberikan pemahan kepada gadis saat memasuki awal kehidupan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan gizi jika kelak mengandung anak.

“Jadikan pesan-pesan yang diberikan bhisa itukan banyak pesan-pesan moral. Terhadap bagaimana kalau posou itu. Bagaimana kalau remaja putri itu sudah tidak boleh lagi. Begini. Mana yang baik, mana yang buruk,” ujarnya di Buton, Minggu (6/9).

Selain itu, kata dia, di sisi upacara posipo. bhisa dukun anak juga dinilai sangat berperan, sebab posipo merupakan sebuah prosesi upacara adat menyambut kelahiran seorang bayi.

Upacara ini dilakukan dengan menyuapkan makanan dan khusus disiapkan bagi Ibu Hamil pada kehamilan pertama.Upacara ini dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan.

“Contohnya semacam posipo. Kalau posipo itukan tujuh bulanan. Kan ada bhisanya. Jadi bhisa itu diberi muatan-muatan. Bagaimana menjaga makanannya,” ujarnya.