Batang - Desa Cepagan, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, memiliki produk unggulan berupa kain tenun khas yang terbukti mampy bertahan dari hantaman pandemi COVID-19
Hal ini dilakukan salah satu perajin, Rozikin yang menggeluti usahanya sejak tahun 1990. Keunikan kain tenun ini diproduksi secara manual dengan menggunakan alat tenun bukan mesin membuat ada ciri tersendiri, kainnya sangat lembut. Hasil kain tenun khas Desa Cepagan sudah merambah penjualan sampai ke Bali dan bahkan hingga ke Eropa.
“Awalnya kami mengalami kesulitan untuk menjual pada masa pandemi COVID-19. Pada awal bulan puasa kemarin sampai tujuh bulan, karena kondisi pasar yang terdampak," Kata Rozikin ditemui pada Kamis (24/9).
Rozikin mengatakan, saat ini penjualan mengalami peningkatan dari sebelumnya, karena pembeli di Bali berminat pada kain tenun khas Desa Cepagan ini dan ingin melihat proses pembuatannya secara langsung.
“Pada beberapa bulan lalu kesini dan mengobrol dan tercapai kesepakatan jual beli yang tadinya secara cash sekarang saya ganti menjadi transfer, jika barang sudah sampai lokasi baru dibayar,” jelasnya.
Dijelaskannya, stategi untuk agar bisa bertahan yaitu dengan tetap berkomunikasi dengan relasi, inovasi varian motif produksi tenun, dan tidak lupa mempertahankan kualitas produk tenun.
"Alhamdulilah dengan banyak inovasi varian motif menjadi keunggulan di masa pandemi, seperti selendang, sarung pantai, dan syal kain rami cotton banyak diminati turis mancanegera," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, harga kain tenun khas Desa Cepagan ini dijual di Pasar Bali kisaran harga Rp12.000 sampai Rp15.000. Lain jika hasil produksi tenunnya diekspor ke luar negeri, seperti Australia, Amerika Serikat, dan Italia, kami berikan harga di kisaran Rp20.000.
“Terakhir melalui perantara di Bali kain tenun kami di ekspor Amerika, Australia, dan Italia. Pada 11 September dan 18 September 2020 diekspor ke Italia dengan kuota 500 pcs dan 200 meter kain tenun,” pungkasnya.