Tembakau Gayo Aceh Tengah Mulai Rambah Pasar Sumut

Takengon - Wilayah dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, ternyata bukan hanya dikenal dengan budidaya kopi arabika Gayo dan berbagai jenis hortikultura. Daerah berhawa sejuk ini, ternyata juga cocok untuk pengembangan komoditi tembakau, bahkan pemasarannya sudah merambah hingga provinsi tetangga, Sumatera Utara.

Difasilitasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, para petani mulai memperkenalkan varietas tembakau white burley. Varietas tembakau dengan kualitas premium ini ternyata sangat cocok dan adaptatif dikembangkan di Aceh Tengah.

Difasilitasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, Minggu (27/9), dilakukan pengiriman perdana tembakau sebanyak 2,5 ton ke Sumatera Utara.

Pengiriman tembakau white burley produksi Gayo ini dilepas secara oleh Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar didampingi Kepala Dinas Pertanian Nasrun Liwanza, dan Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Joharsyah di Kantor APTI Aceh Tengah, kawasan Kemili, Takengon.

Ketua APTI Aceh Tengah Sukurdi Iskla yang juga Ketua Koperasi Gayo Mitra Jaya, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengembangkan tembakau jenis white burley pada lahan yang tersebar di beberapa kecamatan di Aceh Tengah. Selain untuk memenuhi permintaan pasar lokal yang terus meningkat, tembakau hasil produksi para petani Gayo ini, sekarang juga sudah mulai merambah pasar Sumatera Utara.

"Hari ini kami mengirimkan tembakau dalam bentuk daun yang belum diolah sebanyak 2,5 ton ke PT Mitra Tata Usaha Bersama, sebuah perusahaan rokok putih di Sumatera Utara, mudah-mudahan kerjasama ini akan terus berlanjut dengan perusahaan lainnya di Sumatera Utara, sehingga masalah pemasarana tembakau tidak lagi menjadi kendala bagi petani, dan para petani semakin antusias menanam tembakau sebagai bentuk diversifikasi komoditi" ungkap Sukurdi.

Menurutnya, meski jumlahlanya masih terbatas, tapi pengiriman perdana ini bisa menjadi pembuka peluang pasar di Sumatera Utara, karena daun tembakau hasil budidaya para petani Gayo ini memiliki kaulitas yang sangat baik.

Dia juga mengungkapkan, dengan terbukanya pelauang pasar ini, pihaknya akan terus memperluas areal pertanaman tembakau di daerah ini.

"Saat ini tahap penanaman kedua sedang kita lakukan di lahan seluas 250 hektar di Aceh Tengah dan 80 hektar di Bener Meriah, dengan perkiraan panen pada Februari atau Maret tahun depan, petani semakin antusias karena peluang pasar di luar daerah mulai terbuka lebar," lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah Nasrun Liwanza menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pembinaan secara intensif kepada para petani tembakau di daerah ini agar mampu meningkatkan produkstivitas dan menghasilkan tembakau dengan kualitas terbaik.

“Melalui para penyuluh pertanian kami di lapangan, kami terus melakukan upaya pembinaan secara intensif kepada para petani tembakau di daerah ini, dengan pembinaan berkelanjutan, petani akan mampu meningkatkan produktivitas dan mempertahankan kulaitas produk sehingga mampu meraih peluang pasar, dan pengiriman tembakau ke Sumatera Utara hari ini adalah bukti bahwa petani kita telah mampu menghasilkan tembakau kualitas terbaik, berkat pembinaan yang dilakukan oleh teman-teman penyuluh,” ungkap Nasrun.

Lebih lanjut Nasrun mengatakan, selain terus melakukan pembinaan, pihaknya juga berupaya menfasilitasi kerjasama kemitraan antara petani tembakau Gayo dengan pelaku usaha pertembakauan di luar daerah, karena dirinya menganggap saat ini tembakau menjadi salah satu komoditi pertanian yang bisa diharapkan sebagai penyangga perekonomian petani.

“Selain terus melakukan pembinaan kepada petani, kami juga berupaya memfasilitasi kerjasama kemitraan antara petani kita dengan para pelaku usaha di luar daerah, karena dengan adanya kemitraan seperti ini, pelaung pemasaran produk tembakau yang dihasilkan oleh petani kita akan semakin terbuka, ini berarti kesejahteraan petani juga akan meningkat,” lanjutnya.

Untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan petani tembakau di Aceh Tengah, Nasrun menambahkan bahwa pihaknya telah beberapa kali membawa para petani dan kelompok tani tembakau untuk melakukan studi banding maupun magang ke sentra-sentra produksi tembaku di Pulau Jawa.

“Disamping pengetahun tentang budidaya, para petani juga perlu dbekali dengan pengetahuan lainnya tentang pertembakuan ini, termasuk perlakuan pasca panen, peningkatan produktivitas dan menghasilkan produk berkualitas serta membuka peluang pasar dan manajemen pengelolaan usaha tani secara korporasi, untuk itu kami pernah membawa para petani dan kelompok tani untuk melakukan studi banding maupun magang ke daerah-daerah sentra produksi tembakau di Pulau Jawa untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka,” tambahnya.

Sementara itu, Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar menyatakan sangat bangga bahwa komoditas pertanian setempat mampu merambah pasar luar daerah maupun mancanegara.

"Dulu pada era tahun 1980-an, tembakau Gayo pernah mengalami masa kejayaannya, para petani pada masa itu bisa kaya raya dengan hasil tembakau mereka, dan dengan terbukanya pasar Sumatera Utara ini, sepertinya kejayaan itu akan segera kembali dirasakan oleh para petani," ungkap Shabela.

Mulai bergairahnya pasar tembakau baik di pasar lokal maupun luar daerah, menurut Shabela bisa menjadi alternatif untuk menyelamatkan perekonomian petani pada saat harga kopi dan produk hortikultura di daerah ini terpuruk akibat pandemi COVID-19.

"Kita tahu harga kopi dan beberapa produk hortikultura di daerah ini mengalami keterpurukan sebagai dampak pandemi COVID-19, terbukanya peluang pasar tembakau ini bisa menjadi alternatif menyelamatkan perekonomian petani Gayo, apalagi saat ini kita sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan rokok di Sumatera Utara, walaupun yang diminta adalah tembakau dalam bentuk daun, tapi peluang pasar tembakau rajangan, khususnya tembakau hijau dan cerutu juga semakin meningkat,” lanjutnya.

Shabela optimistis bahwa Kabupaten Aceh Tengah kedepan akan mampu menjadi salah satu sentra produksi dan pemasok tembakau di wilayah Sumatera Bagian Utara, bahkan menembus pasar impor, karena saat ini cerutu Gayo juga sudah mulai diminati oleh beberapa negara.

Untuk itu Shabela meminta agar dilakukan pengemasan dan branding tembakau dari Gayo dengan baik sehingga tidak diklaim oleh daerah dan pihak lain.

“Kita yang punya produk, maka kita juga yang harus punya hak patennya, ini harus diusahakan secara serius, jangan sampai produk asli kita diklaim oleh daerah lain,” pungkasnya.