Jaga Santri dari COVID-19, Ponpes Ar Roudloh Perketat Prokes

Batang - Menyikapi instruksi dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tentang Jogo Santri Jogo Kyai, sejumlah pondok pesantren memperketat penerapan protokol kesehatan untuk meminimalisir penyebaran COVID-19.

Salah satu pondok pesantren yang menerapkan Jogo Santri adalah Ponpes Ar Roudloh di Desa Babadan Limpung.

Pembina Pondok Pesantren Ar Roudloh Ustaz Ulil Huda mengemukakan, selama masa pandemi COVID-19, pihaknya selalu menjalin komunikasi intensif dengan Gubernur Ganjar Pranowo secara virtual dan  mengupayakan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona.

"Di antaranya menerapkan 3M sebelum mengikuti kegiatan di lingkungan pesantren, seperti mencuci tangan, menjaga jarak aman dan memakai masker," ujarnya.

Ia mengatakan, sebelum ada pandemi, pihak pondok memberikan waktu kunjung yang cukup leluasa. Namun semenjak COVID-19, wali santri khususnya bagi santri yang berasal dari luar daerah seperti Pekalongan, Kendal, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur bahkan Sumatera tidak diperkenankan mengunjungi santri demi meminimalkan penyebaran COVID-19.

“Bagi wali santri yang berasal dari Kota Batang tetap diperbolehkan berkunjung ke pesantren, hanya diberikan waktu kunjung sebulan sekali dan itu pun hanya 15 menit dengan menerapkan protokol kesehatan,” kata Ustaz Ulil Huda saat ditemui di Pondok Pesatren Ar Roudloh Desa Babadan, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, Senin (26/10).

Ustaz menerangkan, meskipun wali santri berasal dari daerah lokal, namun sebelum memasuki area pondok tetap wajib mematuhi protokol kesehatan yaitu diukur suhu tubuhnya terlebih dahulu. Apabila suhu tubunya melebihi 38 derajat, maka diminta untuk kembali ke rumah dan tidak diperkenankan menemui santri.

“Pondok pesantren berupaya menaati peraturan yang ditetapkan Pemerintah semaksimal mungkin, selain berserah diri kepada Allah Ta’ala tetapi tetap berikhtiar secara lahir dengan menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Kalangan santri sendiri pun menanggapi positif, dengan adanya intruksi Jogo Santri dari Pemprov Jawa Tengah, salah satunya Ufi Al Gazani santri yang berasal dari Tersono.

Ia mengatakan, sebelum ada pandemi kegiatan pengajian diikuti lebih dari 200 jamaah. Namun semenjak pandemi, jamaah yang mengikuti dibatasi hanya 100 jamaah. Sedangkan para santri tetap mengikuti pengajian, namun tidak digabung dengan jamaah umum. hal itu untuk mencegah santri supaya tidak terpapar COVID-19.

Jogo santri merupakan upaya Pemprov Jawa Tengah untuk berjaga-jaga agar kalangan pesantren tidak terpapar COVID-19, karena mencegah lebih baik dari mengobati.

“Dulu sebelum ada COVID-19 bisa dikunjungi orang tua lebih sering, tapi sekarang kunjungannya sebulan sekali sesuai jadwal dari pesantren yaitu hari Senin, Jumat dan Sabtu,” katanya.

Ufi berpesan kepada sesama santri untuk tidak menganggap sebagai cobaan, tapi sebuah “riyadah” (menundukkan hawa nafsu). Dengan adanya protokol kesehatan orang tua pasti memaklumi karena informasi seputar COVID-19 dapat disaksikan melalui berbagai media.

“Pesantren menentukan hari dan jumlah kunjungan agar tidak terjadi kerumunan dan saat pengajian pun jumlah jamaah dibatasi,” terangnya.

Selama pandemi para santri tetap berhusnuzan (berpikiran positif) kepada Allah Ta’ala, untuk mengukur seberapa besar iman kita. Melalui pandemi ini kita dilatih untuk meningkatkan kesabaran, keteguhan dalam menjalani ketetapan Allah.

Ditemui secara terpisah, Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Kemenag Batang, Sugi Edi menyampaikan, Jogo Santri bertujuan untuk melindungi santri, pengasuh dan pengajar di lingkungan pondok masing-masing. Apabila tiap pondok dapat melaksanakan protokol kesehatan, maka para santri terjaga kesehatannya, sehingga saat bersosialisasi dengan warga sekitar tetap aman.

“Pondok harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan 3M dengan diimbangi pemeriksaan rutin dari Puskesmas maupun tim kesehatan, sehingga ada kerja sama dan santri mendapat fasilitas kesehatan yang baik,” ungkapnya.

Penjagaan terhadap para santri sudah dilakukan sebelum calon santri berangkat dan mendaftar ke pondok dengan menunjukkan surat keterangan sehat dari tim COVID-19.

Pihak pondok pun tidak serta merta memasukkan, tetapi dilakukan karantina selama 7-14 hari, demi memastikan calon santri tidak terpapar COVID-19.