BOPLBF Perkuat Daya Saing Pariwisata Delapan Kabupaten di Daratan Flores

Labuan Bajo - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) bersama Politeknik elBajo Commodus memperkuat sinergi dengan SKPD dan pemangku kepentingan lainnya melakukan penyusunan kajian Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) dalam upaya memperkuat daya saing pariwisata di delapan kabupaten di daratan Flores.

Delapan kabupaten tersebut adalah Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Kabupaten Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Kabupaten Flores Timur.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat Agustinus Rinus di Hotel Luwansa Labuan Bajo, Selasa (10/11), menyampaikan apresiasi kepada BOPLBF yang menggandeng Politeknik eLBajo Commodus dalam upaya peningkatan kualitas destinasi wisata di Manggarai Barat.

Gusti Rinus, sapaan akrabnya berharap BOPLBF dan Politeknik eLBajo Commodus kegiatan diskusi Terpimpin Pengukuran Indeks Daya Saing Destinasi Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat ini bisa melahirkan sebuah dokumen yang akan menjadi salah satu acuan dalam pengembangan Kepariwisataan di Labuan Bajo dan sekitarnya.

"Seperti yang sudah kita ketahui bersama Labuan Bajo sudah ditetapkan sebagai destinasi wisata super prioritas dan wisata premium, sehingga kedepan pengelolaan Kepariwisataan harus mengacu pada kajian dan dokumen akademis, sehingga bisa terukur," ungkap Gusti Rinus

Sementara itu, Project Lesser Kajian TTCI Kaprodi Politeknik elBajo Commodus Septian Hutagalung mengatakan, pengumpulan data dan survey untuk kajian ini dilakukan secara paralel di delapan kabupaten tersebut mulai dari 10-21 November 2020.

Septian menjelaskan, pengukuran Indeks Daya Saing Pariwisata ini merupakan salah satu target yang ingin diwujudkan oleh BOPLBF dengan Menggandeng Politeknik elBajo Commodus sebagai Institusi Pendidikan di Labuan Bajo.

"Dengan target BOPLBF tersebut kemudian kami menyusun tim yang akan bersinergi dengan pemangku kepentingan terkait untuk melakukan kajian dengan mengukur dari empat indikator utama yaitu infrastruktur (8,3%), destinasi dan produk pariwisata (alam dan budaya 12,5%), regulasi (6,3%) dan support (lingkungan 5%)," ungkap Septian.

Dengan dilakukannya Penyusunan Kajian TTCI, lanjut Septian, diharapkan dapat mengukur tingkat daya saing setiap destinasi di delapan kabupaten dari segi 3A (atraksi, aksesibilitas, amenitas) dan pelayanan tambahan untuk menciptakan dan mengevaluasi kinerja branding destinasi.

"Dengan hasil kajian ini dapat menjadi pedoman bagi pemangku kepentingan terkait dalam mengeluarkan kebijakan kedepannya," ujarnya.

Kegiatan ini melibatkan SKPD terkait, Kepolisian, Pengelola Bandar Udara Komodo, PHRI, ASITA, HPI, Perhimpunan Ranger TNK, PT. Telkom, pemuka adat serta perwakilan komunitas lreatif.