Batang - Selama ini, mungkin banyak yang menganggap bahwa Kampung Bahasa hanya ada di Pare, Kediri. Namun, ternyata di Kabupaten Batang juga ada sebuah Dukuh yang dijadikan Kampung Pusat Bahasa.
Terletak di Dukuh Manggisan, Desa Amongrogo, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang, Kampung Pusat Bahasa di sini sedikit berbeda dengan konsep Kampung Inggris di Pare.
Jika Kampung Inggris di Pare hanya berfokus pada bahasa Inggris, lain halnya dengan di Kampung Pusat Bahasa Dukuh Manggisan yang tak hanya belajar bahasa Inggris, namun juga belajar empat bahasa asing lainnya yaitu bahasa Arab, Mandarin, Jerman, dan Jepang.
Turjaun, Pendiri Kampung Pusat Bahasa Dukuh Manggisan, Jumat (13/11) menjelaskan, Kampung Pusat Bahasa didirikan sejak Januari 2019 yang bekerjasama dengan Yayasan Hidayah Bangsa Salatiga.
“Jadi, awal mulanya saya bertemu dengan Profesor Mahmud selaku Direktur Yayasan Hidayah Bangsa Salatiga, beliau juga menjadi dosen di luar negeri. Karena bertemu beliau saya memiliki gagasan untuk mendirikan Kampung Bahasa di Kabupaten Batang dengan tujuan untuk mencerdaskan bangsa,” jelasnya.
Ia menambahkan, alasan mengapa tujuannya untuk mencerdaskan bangsa adalah, karena Kampung Pusat Bahasa berfokus pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM). Jika SDMnya tinggi maka Sumber Daya Alamnya akan tergarap sepenuhnya.
“Harapannya ini sebagai percontohan nasional, jadi tidak hanya Kampung Inggris, tapi juga mencakup berbagai macam bahasa asing lainnya,” harapnya.
Turjaun menerangkan awal dirintis, Kampung Pusat Bahasa menyediakan lima program bahasa asing yaitu Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jerman, dan Jepang dengan guru yang didatangkan dari luar negeri langsung. Harapannya nanti Bahasa Inggris dan Mandarin menjadi bahasa wajib, karena kedua Bahasa itu merupakan Bahasa Internasional.
“Banyak produk berbahasa mandarin dipasarkan di Indonesia, sehingga menurut saya bahasa Mandarin juga sangat perlu agar masyarakat tidak tertipu,” ujarnya.
Turjaun mengatakan, jika masyarakat memiliki minimal dua bahasa, maka jika mau kemanapun itu istilahnya tidak akan kesasar.
“Selain itu, bisa juga kita kirim ke perbatasan negara, karena di daerah perbatasan sangat minim pendidikan, sehingga harapannya dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di perbatasan negara,” imbuhnya.
Turjaun menyampaikan untuk peserta didik di Kampung Pusat Bahasa yaitu 200 orang yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Batang dengan rentang usia yang beraneka ragam, yang tertua yaitu kisaran umur 40-an tahun.
“Bagi masyarakat yang mau belajar di Kampung Pusat Bahasa Dukuh Manggisan silahkan saja, gratis tidak akan dipungut biaya sepeserpun. Karena ini niatnya adalah untuk membangun desa,” katanya.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia seperti sekarang, berbagai lini sektor seperti mengalami mati suri, tak terkecuali di bidang pendidikan. Hal ini juga berimbas pada kegiatan belajar mengajar di Kampung Pusat Bahasa, Dukuh Manggisan.
“Sejak pandemi Covid-19 kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan memutus rantai penyebaran virus Corona,” imbuhnya.
Jadi, intinya saya berpesan bahasa itu penting, lanjutnya, orang tanpa bahasa, maka akan buta segalanya. (MC Batang, Jateng/Ardhy/Jumadi)