Batang - Para siswa di Kabupaten Batang kembali harus mengikuti Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring), hingga kondisi memungkinkan dapat mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Hal itu karena masa pandemi COVID-19 belum berakhir dan Kabupaten Batang masuk menjadi zona merah.
Sementara menurut Kemendikbud RI, kabupaten/kota yang diizinkan melaksanakan PTM hanya yang berkondisi zona hijau atau kuning, meskipun sifatnya tidak wajib. Sedangkan jika wilayahnya memasuki zona oranye, merah bahkan hitam, tidak diperkenankan PTM.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang, Sabar Mulyono.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, untuk menggelar PTM, izin kewenangannya sudah diberikan kepada kepala daerah, namun Bupati Batang Wihaji dalam menentukan kebijakan, tetap mengacu pada Surat Edaran dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Intinya pembelajaran tatap muka untuk sementara ditunda, sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Dengan tetap memperhatikan perkembangan zona pandemi di Kabupaten Batang,” katanya saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Batang, Senin (4/1).
Sabar Mulyono mengimbau, seluruh sekolah tetap mempersiapkan segala perlengkapan sarana dan prasarananya, apabila suatu ketika Pemkab Batang telah memperbolehkan institusi pendidikan menggelar PTM.
“Kepada teman-teman Kepala Sekolah harus memenuhi daftar periksa, antara lain: ketersediaan tempat cuci tangan dengan sabun, masker, thermogun untuk mengukur suhu tubuh anak ketika datang ke sekolah, menyiapkan ruang kelas dengan tetap menerapkan jaga jarak, berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit dan sekolah harus mendapatkan izin dari Komite Sekolah serta orang tua murid,” jelasnya.
Ia menegaskan, para Kepala Sekolah harus mampu memetakan warga sekolah, apakah ada yang berasal dari keluarga yang terpapar Covid-19 atau tidak.
“Karena kalau tidak, saya khawatir sekarang ini apabila ada yang termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sulit diketahui,” ujarnya.
Di samping itu, lanjut dia, sumber daya manusianya pun harus dipersiapkan, karena selama pandemi rata-rata sekolah telah menggelar bimbingan teknis, seperti pembuatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan peningkatan kompetensi guru.
Tetapi di sisi lain, jika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diperpanjang atau kegiatan tatap muka tidak dilaksanakan akan sangat berdampak buruk bagi siswa.
“Nantinya lambat laun akan menurunkan kompetensi siswa, penurunan karakter karena tidak terpantau oleh guru, menimbulkan stres dan yang paling dikhawatirkan anak bisa saja putus sekolah, sebab mungkin saja ada yang harus membantu orang tua bekerja. Sementara orang tua pun kebingungan untuk membimbing karena tidak punya waktu dan kemampuan, akhirnya anak terbengkalai,” terangnya.
Ia berharap, seluruh pendidik dan warga sekolah wajib mematuhi serta menerapkan protokol kesehatan, karena kata kuncinya adalah disiplin pada diri.
Di masa pandemi, pihak sekolah harus berinovasi dan meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran yang aplikatif.
“Saya yakin PJJ tidak berpengaruh besar bagi anak didik, terutama untuk lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD), jika berkepanjangan dikhawatirkan menimbulkan masalah. Beda dengan SMP, SMA atau SMK memiliki kemampuan SDM dan infrasruktur yang lebih baik,” ungkapnya.
Diperlukan pembelajaran kombinasi antara pendidikan anak dilakukan di rumah dengan guru yang berkunjung ke rumah siswa harus lebih banyak dilakukan.
“Ke depan jika vaksinasi sudah dilakukan kepada anak didik, insya Allah kondisinya akan semakin baik untuk melakukan pembelajaran tatap muka,” tandasnya.
Sementara ditemui secara terpisah, Kepala SMPN 3 Batang, Bambang Purwantyono mengatakan, menyikapi situasi pandemi yang belum berakhir, maka pihak sekolah bersama para guru menggelar pertemuan untuk bermusyawarah menentukan metode pembelajaran yang tepat, namun tidak memberatkan anak didik.
“Akhir Desember 2020 lalu, Bapak/Ibu guru kami ajak berdiskusi untuk menentukan langkah dalam menghadapi situasi pandemi yang belum berubah. Artinya pembelajaran tetap berlangsung secara Daring,” katanya.
Ia memaparkan, salah satu strategi pembelajaran yang dinilai efektif dengan pemberian tugas secara terintegrasi antar mata pelajaran.
“Jadi penugasan terintegrasi itu, dalam satu tugas bisa dinilai dari beberapa mata pelajaran. Misalnya, matematika, IPA dan IPS, anak mengerjakan satu tugas tapi memperoleh nilai dari sejumlah mapel,” ungkapnya.