Pemkab Batang Siap Tambah Tempat Tidur Ruang ICU untuk COVID-19

Batang - Kabupaten Batang saat ini kekurangan tempat tidur di ruang Intensive Care Unit (ICU) untuk pasien COVID-19. Dari batas maksimal, satu kabupaten harus memiliki 15 tempat tidur, namun di Batang hanya ada 6 unit, itu pun berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kalisari.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Batang Wihaji mengatakan, penambahan tempat tidur di ruang ICU segera ditindaklanjuti. Namun demikian hal itu jangan menjadikan rasa ketakutan masyarakat.

“Pikiran alam bawah sadar saya, penambahan bad di ruang ICU bisa picu rasa takut rakyat. Tapi ini sudah perintah Pak Gubernur, Jadi oke kita siapkan,” kata Wihaji usai mengikuti Rakor Penanangan COVID-19 dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo secara virtual di ruang Command Center, Kabupaten Batang, Senin (1/2).

Ia mengatakan bahwa tempat tidur di ruang ICU RSUD Kalisari Batang untuk pasien COVID-19 dulu hanya ada 1, sekarang sudah ada 6 unit, dan jika diharuskan ada 15 akan dikoordinasikan dengan pihak rumah sakit yang ada di Batang.

Sementara itu, Kepada Dinas Kesehatan Batang Muchlasin mengatakan, dari 6 tempat tidur di ruang ICU yang hanya ada di RSUD Kalisari, padahal rumah sakit di Batang ada tiga.

“Penambahan tempat tidur masih kita rembuk lagi dengan pihak rumah sakit QIM dan RSUD Limpung, karena harusnya dalam satu Kabupaten harus ada 15 unit, ruang ICU COVID-19 di RSUD Kalisari selalu penuh,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan, pentingnya penambahan tempat tidur di ruang ICU sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian pasien COVID-19.

“Pasien COVID-19 kalau sudah kondisinya berat harus masuk ICU, ruangnya harus negatif, menggunakan alat ventilator. Dan hitungannya pasien sudah masuk ICU itu antara meninggal dunia atau sembuh,” terangnya.

Disampaikannya, dalam penambahan tempat tidur di ruang ICU membutuhkan anggaran cukup besar. Disamping menambah peralatan medis juga harus menambah tenaga kesehatannya.

“Biaya membuat ruang ICU COVID-19 itu tidak sedikit, alat kesehatannya juga mahal dan tenaga kesehatanya juga kita kurang,” ujarnya.