Batang - Bupati Batang Wihaji mengapresiasi para pemenang lomba menulis puisi dan essai dengan mengambil tema “Literasi Melampaui Pandemi”, karena keduanya merupakan media untuk berekspresi yang paling efektif dan penggambaran suasana hati masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
“Saya mengapresiasi kegiatan ini karena dalam pelaksanaannya membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi dan keseriusan. Terutama bagi para pemenang dari luar daerah Kabupaten Batang,” kata Wiahji usai menyerahkan piala dan uang pembinaan kepada para pemenang, di Aula Kantor Bupati Kabupaten Batang, Senin (8/3).
Menurut dia, kritik sosial yang disampaikan oleh pelaku seni akan lebih humanis. Kritik mereka lebih tajam, namun mengedepankan pendekatan konsep kemanusiaan.
“Saya senang dan bangga karena isinya sesuai dengan suasana yang dirasakan masyarakat saat ini, yaitu COVID-19. Ini merupakan suasana kebatinan yang dituangkan dalam bentuk puisi, baik kritik maupun harapan para pecinta literasi di tengah pandemi,” tuturnya.
Ia mengharapkan, kegiatan serupa dapat dilaksanakan kembali karena realitanya mendapat respon positif, bahkan dari luar Kabupaten Batang.
“Kritik yang paling tajam dan cerita yang bisa dinikmati tentu pendekatan paling mudah melalui seni sastra. Inilah pendekatan paling efektif dalam “membangun negara”, contohnya penyair Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer bahkan KH. Mustofa Bisri atau yang dikenal Gus Mus dengan kritik yang luar biasa tajam, tetapi tidak melukai perasaan orang lain,” jelasnya.
Termasuk essai, Lanjut dia, merupakan cerita dalam perspektif pikiran dan imajinasi penulisnya yang bebas dalam mengungkapkan perasaannya.
Lomba yang diinisiasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpuska) Batang yang diikuti 129 peserta dari 21 kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Lomba menulis puisi : juara I Nuktah Akbar dari Kabupaten Batang, juara II Muhammad Baqo dari Kabupaten Pekalongan, juara III Budi Setiawan dari Kabupaten Temanggung dan juara favorit Siska Wijayanti dari Kabupaten Batang.
Lomba menulis esai : juara I Ahmad Abu Rivai dari Kabupaten Pati, juara II Multazam Arrosyid dari Kabupaten Batang, juara III Muhammad Nafi Uz Zaman dari Kabupaten Batang dan juara favorit Aisy Zivana Zanet Kabupaten Batang.
Salah satu pemenang essai, Ahmad Abu Rivai dari Kabupaten Pati mengungkapkan, lomba tersebut dimanfaatkannya sebagai media untuk mengungkapkan isi hatinya tentang pandemi.
“Menulis saya anggap sebagai upaya untuk membuat diri agar tetap seimbang, sehat dan berpikir kritis. Dari dulu selalu menulis, ketika Disperpuska mengadakan lomba tersebut, maka saya amat tertarik untuk mengikutinya,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, kegiatan ini dapat dijadikan momentum di masa pandemi untuk membuat pikiran terus waras.
“Setiap manusia selalu punya begitu banyak hal yang bergejolak dalam kepala. Jadi ada satu atau dua kata yang harus dikeluarkan, untuk membuat kita selalu berekspresi,” tegasnya.
Essai yang dibuat berjudul “Wabah itu Fana, Cinta itu Abadi”. Di dalamnya mengandung makna, bahwa segala macam sengketa dalam wabah ini, mulai dari menimbulkan kepanikan yang luar biasa hingga permasalahan UMKM hampir “mati”, tapi dirinya menganggap wabah ini tidak akan berlangsung selamanya.
“Kita dengan solidaritas yang cukup dan langkah yang tepat, akan bisa melewati wabah ini,” ujar dia.
Ia berpesan agar generasi selalu menulis, selalu berpikir kritis dan sampaikan apa saja yang ingin disampaikan.
“Semoga pandemi ini lekas berlalu,” tandasnya.