Kurasi "Beda,Kan", Siapkan Brand Lokal Labuan Bajo Tembus Pasar Global

Labuan Bajo - Koordinator Industri Kreatif DKV, Arsitektur dan Desain Interior Kemenparekraf, Imam Wuryanto, menyatakan bahwa dengan label Labuan Bajo sebagai Kota Super Premium, brand produk lokal yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi kreatif dibidang kuliner harus didorong untuk bisa bersaing bahkan menembus segmentasi pasar global.

"Kegiatan ini membuka peluang bagi para pelaku ekonomi kreatif di bidang kuliner di wilayah Labuan Bajo. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan juga harus berimbang dengan label pariwisata super premium, sehingga desain kemasan yang dihasilkan para pelaku industri bidang kuliner, harus benar-benar memiliki kemasan berkualitas," ungkapnya pada kegiatan Kurasi dan Bedah Desain Dan Kemasan (Beda,Kan) Labuan Bajo, seperti disebutkan di press realese BPOLBF, Rabu (21/4).

Saat melakukan kurasi, Imam melihat bahwa banyak sekali kemasan produk yang dipresentasikan dinilai kurang berkonsep. Oleh karena itu, kehadiran dirinya dalam kegiatan ini memastikan para peserta mendapat input yang baik.

"Para peserta harus didorong untuk terus berkreasi dan jangan ragu berkonsultasi, sehingga mereka bisa menghasilkan produk yang unggulan. Banyak hal yang mesti digali lagi selain kemasan, storytelling produk, segmentasi pasar yang ingin disasar, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan materi penilaian bagi juri," jelasnya.

Dirinya berharap agar kegiatan "Beda,Kan" ini mampu memberikan peran penting bagi industri kuliner untuk memberikan nilai tambah lebih dari produk yang dihasilkan pegiat produk bidang kuliner di Labuan Bajo. Pulau Flores kaya akan bahan baku soal produk kuliner, tinggal secara keilmuan perlu digali lagi agar produk-produk lokal mampu tereksplorasi semuanya.

Ia berharap suatu saat nanti, produk-produk ini mampu menguasai resto dan hotel yang ada di Labuan Bajo, bahkan produk yang dihasilkan bisa menembus pasar internasional.

“Selain kualitas produk harus dijaga dan ditingkatkan, desain kemasan juga harus diperhatikan karena memiliki peran penting untuk memasarkan sebuah produk. Saya berharap, Kemenparekraf melalui BPOLBF, agar terus mendampingi para pelaku usaha di bidang produk kuliner, terutama mengupgrade kemasan,” jelas Imam.

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina menegaskan, kegiatan Beda,Kan merupakan dukungan kemasan terhadap suatu produk. Dirinya begitu senang atas respon dari UMKM yang ada di Labuan Bajo.

“Mereka ingin naik kelas dengan cara mengubah nilai jual produk yaitu mengubah kemasan dan didukung tenaga profesional dari Kemenparekraf. Saya menilai soal kemasan ini bukan hanya mengemas barang, akan tetapi membuat calon customer nyaman menggunakan produk dan gampang diterima di pasar global baik volume, maupun packaging," ungkap Shana.

Dirinya berharap setelah kegiatan ini, produk yang dihasilkan bisa ready to use dari Labuan Bajo. Apa yang dipresentasikan peserta, baik makanan, kopi, bisa mewakili identitas Labuan Bajo menjadi destinasi. Meskipun para wisatawan tidak hadir secara langsung di Labuan Bajo, akan tetapi dengan melihat produk di luar sana, mereka akan penasaran dan datang ke Labuan Bajo.

Lebih lanjut, menurut Shana yang juga hadir sebagai salah satu dewan juri dalam kegiatan ini, masih ada beberapa kendala yang dihadapi pelaku produk kuliner saat ini diantaranya, soal segmentasi pasar dari produk yang dihasilkan peserta. Kebanyakan masih berorientasi pada cara pandang diri sendiri.

"Semisal saya maunya menghasilkan produk apa, bukan pada sisi keinginan customer atau market, juga beberapa kendala kapasitas produksi, komitmen dari si pelaku produksi itu sendiri. Oleh karena itu kita dorong agar pelaku itu sendiri harus fokus menghasilkan sebuah produk," ucapnya.

Kepada pihak desainer, dirinya memberi tantangan, bagaimana mendesain kemasan yang mudah didapatkan di Labuan Bajo, atau dibuatkan rantai pasoknya memang ada di kota ini sehingga harga dari produk tidak terlalu mahal tetapi dengan kualitas baik dan mendorong nilai tambah dari produk itu sendiri," tutupnya.

Sementara itu Theresia Isidoris Fernandez, pemilik brand Sibakloang Gallery & Coffee yang menjadi salah satu peserta dalam kegiatan kurasi Bedah Desain dan Kemasan (BEDA,KAN) Batch 6 mengatakan kegiatan Kurasi Beda,Kan memberikan ilmu yang baik dalam mengemas suatu produk dan diarahkan soal segmentasi pasar, sehingga kita tidak ragu lagi memamerkan produk yang dihasilkan kepada wisatawan

”Hari ini kami diberi ilmu yang baik dalam mengemas suatu produk dan diarahkan soal segmentasi pasar, sehingga kami tidak ragu lagi memamerkan produk yang dihasilkan kepada wisatawan. Oleh karena itu, terima kasih kepada pihak Kemenparekraf atas kesempatan baik ini." ungkap Theresia Isidoris

Menurutnya juga, menjadi bagian dari program ini merupakan sebuah kesempatan baik dan inspiratif baginya.