Plh Bupati Muara Enim Safari Ramadhan di Muara Lematang

Muara Enim - Plh Bupati Muara Enim Nasrun Umar melanjutkan Safari Ramadhan di Desa Muara Lematang, Kecamatan Sungai Rotan, Jumat (23/4).

Kunjungan ini diikuti Pj Sekda Muara Enim Emran Tabrani, Kadis Dispora Rusdi Hairullah, Kasat Pol PP AM. Musadeq, beberapa perwakilan kepala OPD, serta Camat Sungai Rotan Abdul Haris, Kapolsek Sungai Rotan Iptu Gunawan Sahferi, dan Pelda S. Harahap mewakili Danramil Sungai Rotan.

Selain berbuka dan makan malam di Dermaga Muara Lematang, Plh Bupati juga melaksanakan shalat tarawih dan witir berjamaah bersama warga di Masjid Babussala, Desa Muara Lematang.

Selain itu, Nasrun Umar juga menyempatkan waktunya untuk menyambangi kediaman atlet difabel bulu tangkis nasional asal Sungai Rotan Ryan Yohwari.

Ryan Yohwari sendiri merupakan atlet dan juga pelatih kebanggaan Sumatera Selatan yang juga dipercaya menjabat sebagai pengurus National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Provinsi Sumsel. Adapun prestasi yang pernah diraih dan membawa harum nama Indonesisa saat meraih medali emas di ASEAN Para Games VI pada tahun 2011 dan juga pernah meraih medali perak dalam ajang Badminton World Championship 2013.

Nasrun Umar juga menyerahkan bantuan kepada warga, pengurus masjid berupa 1 buah mesin genset, 2 buah lampu emergensi dan 1 jam penunjuk waktu sholat, sebagai bentuk rasa kepeduliannya terhadap masyarakat Desa Muara Lematang, Kecamatan Sungai Rotan.

Dalam kegiatan ini juga dihadiri Wakil Ketua III Baznas Kabupaten Muara Enim Imron Yadad yang turut memberikan bantuan beberapa paket sembako kepada masyarakat yang kurang mampu.

Kepala Desa Muara Lematang Hamka, dalam sambutannya mengucapkan terima kasihnya kepada Pemkab Muara Enim melalui kegiatan Safari Ramadhan di Masjid Babussalam, Desa Muara Lematang.

"Pak Bupati, Desa Muara Lematang ini adalah desa tua di dalam Kecamatan Sungai Rotan yang berbatasan langsung dengan wilayah Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin di sebelah utara dan kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Dan masjid ini terletak persis dimana Sungai Musi dan Muara Sungai Lematang," terangnya.

Lebih lanjut kata Hamka, pembangunan yang dilakukan pemerintah kabupaten Muara Enim selama ini sampai hingga ke batas kabupaten.

"Untuk itu atas nama warga masyarakat Desa Muara Lematang sangat bersyukur kepada bapak Plh Bupati yang telah melanjutkan program-program bupati sebelumnya, seperti Bunga Desa atau Bupati Ngantor di Desa setiap hari Jumat, kemudian satu desa 1 ambulans, jadi sangat terbantu dengan program-program kerakyatan yang telah dilakukan oleh bupati sebelumnya.

"Namun tentunya masih banyak kekurangan dan butuh pembangunan jalan antara Muara Enim dan kabupaten tetangga sepanjang 900 meter. Jadi kami selaku pemerintah desa memastikan bahwa selama ini di situ bukan daerah konflik pak bupati, jelas merupakan daerah otonomi kabupaten Muara Enim, berdasarkan peta wilayah mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman kemerdekaan maupun hingga saat ini, bahkan diakui secara nasional. Untuk itu harapan kami agar kiranya pembangunan jalan itu dapat diteruskan, karena dijalan tersebut sudah dibangun sepanjang 500 meter dan masih kurang 900 meter. Mudah-mudahan di ABT tahun ini pembangunan kelanjutan jalan tersebut dapat terealisasi," tutupnya.

Sementara itu, dalam sambutannya Nasrun umar langsung menjawab apa yang telah menjadi aspirasi masyarakat desa Muara Lematang, seperti yang telah disampaikan Kepala Desa Muara Lematang.

"Tadi jalan batas kabupaten Muara Enim dengan kabupaten Banyuasin, sepanjang 900 meter, langsung ku tanyo samo PUPR, doa ke bae, akan langsung dibangun pada rasionalisasi anggaran APBD perubahan kabupaten Muara Enim tahun 2021," ujar Nasrun Umar yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumsel, sekaligus Ketua Umum DPP Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi).

Kemudian lanjutnya lagi, ada persoalan yang lebih mendasar di desa ini tentang batas wilayah dengan kabupaten tetangga Banyuasin.

"Untuk diketahui bahwa saya menjadi Sekda Banyuasin tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Tercatat sampai hari ini belum terpecahkan, pada usia 39 tahun saya menjabat Sekda termuda se Indonesia itu pada saat saya ada di Banyuasin. Dan saya pernah datang kesini saat itu. Nah, sampai pada hari ini persoalan tapal batas itu masih di proses di Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) RI. Cuma sayangnya, kemarin pas pada saat mau finalisasi pandemi covid-19 melanda negeri kita, sehingga persoalan ini menjadi tertinggal, karena tentunya berbicara tentang tapal batas, itu harus diselesaikan dengan turun langsung ke lapangan dengan melihat sendiri titik-titik koordinat yang mana sesungguhnya batas yang hakiki dari kedua daerah itu," jelasnya.

"Mudah-mudahan pada kesempatan yang baik nanti, setelah berakhirnya COVID-19 kita akan bersama saya ke tapal batas. Dan saya ada pesan kepada yang namanya bupati Banyuasin Askolani. Sebagai Sekda provinsi saya katakan, selesaikan persoalan tapal batas ini, dengan hati dan fikiran yang jernih, tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang, menang jadi arang,kalah jadi abu, oleh karena itu yang paling penting adalah kebersamaan kita menyelesaikan permasalahan ini dengan hati yang bersih," tutupnya.