Bupati Buton Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan PWI Pusat

Buton - Bupati Buton La Bakry berhasil masuk nominasi Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tahun 2022 mendatang. Orang nomor satu di Buton itu masuk nominasi bersama 10 wali kota dan bupati di Indonesia.

Siaran Pers PANITIA AK-PWI, Sabtu (4/12), menyebutkan, ke-10 kepala daerah yang dipilih dan ditetapkan dengan beragam usia, latar belakang suku, pendidikan, agama, budaya, partai, hingga masa kerja. Masing-masing Wali Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rahmat Effendi; Bupati Buton, Sulawesi Tenggara La Bakry ; Bupati Lamandau, Kalimantan Tengah Hendra Lesmana; Bupati Indramayu, Jawa Barat Nina Agustina; Wali Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu Helmi Hasan; Bupati Lamongan, Jawa Timur Yuhronur Efendi; Walikota Surakarta, Jawa Tengah Gibran Rakabuming Raka; Wali Kota Padang Panjang, Sumatera Barat Fadli Amran (Datuak Paduko Malano); Bupati Magetan, Jawa Timur Suprawoto, dan Bupati Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat Musyafirin.

Selaku Penanggung Jawab HPN 2022, Ketua Umum PWI Pusat Atal S.Depari menyambut baik terpilihnya 10 nomine Anugerah Kebudayaan PWI (AK-PWI) tersebut. Sebagai bagian dari keseluruhan proses yang telah berlangsung sejak September lalu, hingga puncak HPN, 7-9 Februari 2022 nanti di Kendari, Sulawesi Tenggara mendatang.

"Anugerah Kebudayaan PWI hanya salah satu dari sekian banyak mata acara HPN 2022, yang juga sedang berproses. Dalam bentuk konvensi, seminar, bakti sosial, klinik jurnalisme, penganugerahan, hingga penanda tangangan kerja sama," tandas Atal.

Menurut Ketua Pelaksana AK - PWI Yusuf Susilo Hartono, masing-masing kepala daerah tersebut berhasil dengan baik menarasikan dan memvisualkan pergulatan memenangkan kesehatan, berbasis informasi dan kebudayaan, guna mewujudkan perilaku baru. Salah satu yang menarik, sebelum ada kebijakan prokes pandemi COVID-19, di antara daerah-daerah tersebut sudah memiliki "protokol warisan nenek moyang" dalam menghadapi wabah, yang dirawat dalam adat dan tradisi setempat. Hal ini menunjukkan sekaligus bukti bahwa kebudayaan daerah itu memiliki "harta karun kultural" tersembunyi, yang seringkali dilupakan oleh pemiliknya sendiri, maupun pengambil keputusan yang nir kebudayaan . Beruntung bagi kepala daerah yang menyadari "harta karun kultural"-nya itu, seehingga pada saat terjadi pandemi, tinggal memadukan dengan prokes dan vaksinasi, serta berbagai aplikasi berbasis teknologi, untuk melawan COVID-19. Sekaligus untuk mewujudkan perilaku baru di berbagai bidang sosial budaya, ekonomi, perdagangan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.