Potensi Pasar Ekspor Tinggi, Pemkab Batang Galakkan Tanam Kedelai Edamame

Batang – Kabupaten Batang memiliki lahan pertanian yang sangat potensial ditanami tanaman cepat panen seperti kedelai edamame. Selain potensi ekspor yang sangat tinggi, tanaman ini juga bisa mengendalikan inflasi.

Hal tersebut seperti yang disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Batang usai tanam perdana kedelai edamame di Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Senin (26/9).

Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, kedelai edamame ini tanaman pangan yang cepat panen yang diajurkan Pemerintah untuk menangani masalah inflasi. Selain itu, kedelai edamame juga sebagai makanan yang bisa menangani kasus stunting.

“Saya harap penanaman ini dimanfaatkan masyarakat khususnya Desa Tumbrep yang lahan pertaniaannya sangat cocok seperti kedelai edamame, jagung, cabai dan sayuran lainnya yang cepat penen ditanam di pekarangan rumah warga,” harapnya.

Lani menyebutkan, demplot tanaman kedelai edamame ditanam di luasan lahan 5 hektare. Namun ditanam secara bertahap.

“kita harapakan dari luasan tersebut bisa mengahsilkan 8 ton per hektarnya setiap kali panen,” jelasnya.

Adapun masyarakat yang memburuhkan bibit kedelai edamame bisa berkoordinasi dengan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang dan bisa diupayakan secara mandiri.

Sementara itu, Kepala Dispaperta Batang Heru Susilo mengatakan, demplot kedelai edamame kerjasama dengan Petani Sejati Solo dengan Pemerintah Desa Tumbrep.

“Harapan saya ini menjadi virus baik yang bisa menular ke warga. Karena secara umum tanam kedelai edamame sangat cocok di dataran yang ketinggiannya 300 hingga 600 Mdpl,” ungkapnya.

Heru juga menyebutkan bahwa kedelai Edamami potensi kebutuhan pasarnya sangat tinggi dengan masa tanam panen hanya 65 hari.

“Penjualan langsung kepada Offtaker itu sudah ada permintaan perminggu ke Malaysia dan Singapura 8 ton,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, demplot kedelai edamame dengan luasan 5 hektar diprediksi mampu panen 8 ton per hektare. Perlu diketahui berdasarkan data Lahan Sawah Dilindungi (LSD)  di Kabupaten Batang mencapai 17 ribu hektare.

“Saat ini lahan kita tinggal 44 ribu hektare. Jadi sawah di LSD 17 ribu hektare kemudian sisanya itu lahan kering,” pungkasnya.